~The only lasting beauty is the beauty of the heart ~ (Rumi). Expressing the small things in my life and appreciating them.
Thursday, December 31, 2009
Amir Di Era Keemasan Islam
Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) tertoreh pada masa ke pemimpinannya. Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara adikuasa dunia di abad ke-8 M.
Amir para khalifah Abbasiyah itu bernama Harun Ar-Rasyid. Dia adalah raja agung pada zamannya. Konon, kehebatannya hanya dapat dibandingkan dengan Karel Agung (742 M - 814 M) di Eropa. Pada masa kekuasaannya, Baghdad ibu kota Abbasiyah - menjelma menjadi metropolitan dunia. Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21 masih dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia.
Figur Harun Ar-Rasyid yang legendaris ini terlahir pada 17 Maret 763 M di Rayy, Teheran, Iran. Dia adalah putera dari Khalifah Al-Mahdi bin Abu Ja’far Al-Mansur khalifah Abbasiyah ketiga. Ibunya bernama Khaizuran seorang wanita sahaya dari Yaman yang dimerdekakan dan dinikahi Al-Mahdi. Sang ibu sangat berpengaruh dan berperan besar dalam kepemimpinan Al-Mahdi dan Harun Ar-Rasyid.
Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan agama Islam dan pemerintahan di lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin Khalid. Berbekal pendidikan yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid memang dikenal sebagai pria yang berotak encer, berkepribadian kuat, dan fasih dalam berbicara.
Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin ekspedisi militer untuk menaklukk Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer pertama dipimpinnya pada 779 M - 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-782 M, Harun memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran.
Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Hadi. Pada 14 Septempber 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki tahta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai khalifah kelima.
Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M - 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun Al-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke peuncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini. Sebagai pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, qari, dan seniman.
Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu keistana untuk mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah salah satu yang membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi, dan mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Makkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama ketika menunaikan rukun Islam kelima.
Jika sang khalifah tak berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya sebanyak tiga ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana. Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di masa pemerintahannya. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harus Ar-Rasyid tak mengenal kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun Ar- Rasyid memecat dan memenjarakan Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri (wazir).
Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi ke kas negara. Dengan begitu, pemerintahan yang dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang bisa menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya. Konon, Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berprawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan. Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu, tak mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.
Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya. Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain; pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M); pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin Abdullah bin Abi Taglib (792 M). Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.
Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan perabadan. Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah - perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Harun pun menaruh perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan. Sang khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan popularitasnya masih tetap melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa.
Pemimpin yang Prorakyat
Di era modern ini begitu sulit menemukan pemimpin yang benar-benar mencintai dan berpihak kepada rakyatnya. Sosok pemimpin yang mencintai rakyat pastilah akan dicintai dan dikagumi rakyatnya. Salah seorang pemimpin Muslim yang terbilang langka itu hadir di abad ke-8 M. Pemimpin yang pro rakyat itu bernama Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Sang khalifah benar-benar memperhatikan dan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dan negara, Harun Ar-Rasyid berupaya dengan keras memajukan perekonomian serta perdagangan. Pertanian juga berkembang dengan begitu pesat, lantaran khalifah begitu mena ruh perhatian yang besar dengan membangun saluran irigasi. Langkah pemerintahan Harun Ar-Rasyid yang serius ingin menyejahterakan rakyatnya itu mendapat dukungan rakyatnya. Kemajuan dalam sektor perekonomian, perdagangan dan pertanian itu membuat Baghdad menjadi pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia saat itu.
Dengan kepastian hukum serta keamanan yang terjamin, berbondong-bondong para saudagar dari berbagai penjuru dunia bertransaksi melakukan pertukaan barang dan uang di Baghdad. Negara pun memperoleh pemasukan yang begitu besar dari perekonomian dan perdagangan itu serta tentunya dari pungutan pajak. Pemasukan kas negara yang begitu besar itu tak dikorup sang khalifah. Harun Ar-Rasyid menggunakan dana itu untuk pembangunan dan menyejahterakan rakyatnya. Kota Baghdad pun dibangun dengan indah dan megah. Gedunggedung tinggi berdiri, sarana peribadatan tersebar, sarana pendidikan pun menjamur, dan fasilitas kesehatan gratis pun diberikan dengan pelayanan yang prima.
Sarana umum lainnya seperti kamar mandi umum, taman, jalan serta pasar juga dibangun dengan kualitas yang sangat baik. Khalifah pun membiayai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penerjemahan dan serta penelitian. Negara menempatkan para ulama dan ilmuwan di posisi yang tinggi dan mulia. Mereka dihargai dengan memperoleh gaji yang sangat ting gi. Setiap tulisan dan penemuan yang dihasilkan ulama dan ilmuwan dibayar mahal oleh negara.
Sangat pantas bila keluarga khalifah dan pejabat negara lainnya hidup dalam segala kemewahan pada zamannya. Sebab, kehidupan rakyatnya juga berada dalam kemakmuran dan kesejahteraan. Tak seperti pemimpin kebanyakan yang hidup dengan kemewahan di atas penderitaan rakyatnya. Sampai kapan pun, sosok Harun Ar-Rasyid layak ditiru dan dijadikan panutan para pemim - pin dan calon pemimpin yang ingin mencitai dan berpihak pada rakyatnya.
Jejak Hidup Sang Khalifah Agung Tahun 763 M : Pada 17 Maret, Harun terlahir di Rayy.
Tahun 780 M : Memimpin pasukan militer melawan Bizantium.
Tahun 782 M: Kembali memimpin pa - suk an melawan Bizantium hingga ke Bos porus.
Tahun 786 M: 14 September saudaranya Al-Hadi - khalifah keempat meninggal dunia.
Tahun 791 M: Harun kembali berperang melawan Bizantium.
Tahun 795 M: Harun meredam pembenrontakan Syiah dan memenjarakan
Musa Al-Kazim. Tahun 796 M: Harun memindahkan istana dan pusat pemerintahan dari Baghdad ke Ar-Raqqah.
Tahun 800 M: Harun mengangkat Ibrahim ibnu Al-Aghlab sebagai gubernur Tunisia.
Tahun 802 M: Harun menghadiahkan dua gajah albino ke Charlemagne sebagai hadiah diplomatik.
Tahun 803 M: Yahya bin Khalid (perdana menteri yang dipecat karena korupsi meninggal dunia.
Tahun 807 M: Kekuatan Harun mengusai Siprus.
Tahun 809 M: Harun meninggal dunia ketika melakukan perjalanan di bagian timur wilayah kekuasaannya. (rpb)
source: www.suaramedia.com
Friday, December 18, 2009
1 Muharram
Alhamdulillah atas nikmat usia yang dipinjamkanNya sehingga kita melangkah 1431H.
Selayak dengan hari tahun baru ini, cuaca di bumi BSP ini pun redup, tenang, angin sepoi-sepoi bahasa, sejuk dan menyeronokkan.
Saya? Saya tidak menyertai perhimpunan Tahun Baru di Putrajaya tetapi saya hanya bersiaran langsung di depan kaca televisyen di rumah sambil minum kopi Radix cicah dengan biskut empat segi Hwa Tai Luxury.
Sambil mendengar titah ucapan Sultan Kedah, sambil tangan ligat menanda kertas ujian anak-anak untuk dua subjek. Macam-macam anak-anak saya menjawab, maklumlah subjek saya ini lebih kepada menyaksikan kehebatan anak-anak saya goreng-mengoreng. Kadang-kadang ada yang digoreng sedap, dan ada juga yang habis hangus... aduhai anak-anakku...
Sehingga lewat Zuhur barulah saya usai menanda semuanya. Alhamdulillah.
Tiada apa yang menarik, mungkin esok hari lebih menarik, mungkin :) Insya Allah. Seandai benar tarikhnya esok saya dan sahabat saya mahu ke SA untuk mendengar ucapan nasihat daripada al-alamah tokoh Maal Hijrah ke-2 yang terpilih untuk 1431H ini, Prof. Yusuf el-Qaradawi. Insya Allah bi iznillah.
Maka Ahadnya pula terusan saya langsung ke majlis Resepsi ex-cert Azib di Taman Melawati. Semoga apa yang dirancang esok dipermudahkan Allah serta diberikan petunjuk yang baik selalu dan selamanya. Golongkanlah kami dalam orang yang Engkau kasihi Ya Allah...
Dua ucapan:
SELAMAT TAHUN BARU 1431H
SELAMAT PENGANTIN BARU KEPADA AZIB & FARA
1910
Nat Geo ~ Azan Maghrib
Selayak dengan hari tahun baru ini, cuaca di bumi BSP ini pun redup, tenang, angin sepoi-sepoi bahasa, sejuk dan menyeronokkan.
Saya? Saya tidak menyertai perhimpunan Tahun Baru di Putrajaya tetapi saya hanya bersiaran langsung di depan kaca televisyen di rumah sambil minum kopi Radix cicah dengan biskut empat segi Hwa Tai Luxury.
Sambil mendengar titah ucapan Sultan Kedah, sambil tangan ligat menanda kertas ujian anak-anak untuk dua subjek. Macam-macam anak-anak saya menjawab, maklumlah subjek saya ini lebih kepada menyaksikan kehebatan anak-anak saya goreng-mengoreng. Kadang-kadang ada yang digoreng sedap, dan ada juga yang habis hangus... aduhai anak-anakku...
Sehingga lewat Zuhur barulah saya usai menanda semuanya. Alhamdulillah.
Tiada apa yang menarik, mungkin esok hari lebih menarik, mungkin :) Insya Allah. Seandai benar tarikhnya esok saya dan sahabat saya mahu ke SA untuk mendengar ucapan nasihat daripada al-alamah tokoh Maal Hijrah ke-2 yang terpilih untuk 1431H ini, Prof. Yusuf el-Qaradawi. Insya Allah bi iznillah.
Maka Ahadnya pula terusan saya langsung ke majlis Resepsi ex-cert Azib di Taman Melawati. Semoga apa yang dirancang esok dipermudahkan Allah serta diberikan petunjuk yang baik selalu dan selamanya. Golongkanlah kami dalam orang yang Engkau kasihi Ya Allah...
Dua ucapan:
SELAMAT TAHUN BARU 1431H
SELAMAT PENGANTIN BARU KEPADA AZIB & FARA
1910
Nat Geo ~ Azan Maghrib
Tuesday, December 15, 2009
Hujan
Lebat.
Saya tengah menyaksikan keindahan kelebatan hujan turun.
Bunyi hujan sangat mengasyikan. Pastinya diselang-seli dengan bunyi guruh.
Sambil berfikir... sambil merenung... sambil menafsir...
Sememangnya dari pagi hari tadi cuaca sangat cerah dan cemerlang..
Teringat dengan pepatah, sediakan payung sebelum hujan...(sebab saya tak sediakan payung untuk balik) maka terpaksalah menanti dengan penuh sabar di sini.
Satu lagi, ku harap panas hingga ke petang, rupanya hujan ditengah hari. Kita merancang tetapi Dia lah penentu yang terbaik atas perancangan kita.
Kita fikir inilah cadangan yang terbaik buat kita tetapi apa-apa sahaja boleh berlaku dengan ketentuanNya...
Kita rasakan inilah yang terbaik untuk kita tetapi ada yang lebih baik yang Dia tentukan untuk kita. Orang dulu-dulu memberi pepatah mengikut resam dunia...
Begitulah kita...
(-_-)
menanti hujan seryat...
Saya tengah menyaksikan keindahan kelebatan hujan turun.
Bunyi hujan sangat mengasyikan. Pastinya diselang-seli dengan bunyi guruh.
Sambil berfikir... sambil merenung... sambil menafsir...
Sememangnya dari pagi hari tadi cuaca sangat cerah dan cemerlang..
Teringat dengan pepatah, sediakan payung sebelum hujan...(sebab saya tak sediakan payung untuk balik) maka terpaksalah menanti dengan penuh sabar di sini.
Satu lagi, ku harap panas hingga ke petang, rupanya hujan ditengah hari. Kita merancang tetapi Dia lah penentu yang terbaik atas perancangan kita.
Kita fikir inilah cadangan yang terbaik buat kita tetapi apa-apa sahaja boleh berlaku dengan ketentuanNya...
Kita rasakan inilah yang terbaik untuk kita tetapi ada yang lebih baik yang Dia tentukan untuk kita. Orang dulu-dulu memberi pepatah mengikut resam dunia...
Begitulah kita...
(-_-)
menanti hujan seryat...
Thursday, November 26, 2009
Meja Kampung
Asal perancangan saya bertolak malam semalam (Rabu) tetapi dek kehabisan tiket bas menuju ke utara, saya terpaksa membelasah apa-apa tiket yang ada di Hentian K. Syukurnya hanya ada satu seat untuk saya bagi Bas Etika untuk menuju ke utara. Alhamdulillah. Kemudian terus saya mengisi borang cuti untuk hari Rabu.
Perjalanan semalam sangat panjang, memang tidak dinafikan KL ke Kangar bukannya dekat melainkan naik kapal terbang 50 minit. Tapi kena landing kat Kedah sebab Perlis tiada lapangan terbang.Lapang sasar kapal terbang kertas ada la kat Sungai Batu Pahat. Dulu masa mula-mula saya menetap di Santan sekitar 1992, ada ura-ura mengatakan Santan akan dijadikan lapangan terbang. Mak oiii...habis orang Santan kena pindah. Mana kami semua nak pi... Mujur hanya ura-ura. Sehingga sekarang tiada lagi. Kembali kepada kisah naik bas, saya bertolak pukul 11.30 pagi, tapi keluar dari KL pukul 1.30 petang. Banyak destinasi rupanya Bas Etika ni. Kemudian pabila dah masuk Lebuhraya Utara Selatan, bawak laju semacam (saya rasa mungkin enjin bas dan ekzos bas yang bunyi kuat). Non-stop. Saya tertanya-tanya bila mau berhenti R&R. Langsung terus.
Akhirnya berhenti di R&R Taiping. Baru buka 6 hari. Kami berhenti seketika. Saya tak pasti berapa lama masa diberikan, tapi pemandu bas seolah-olah tidak berganjak dari tempat duduknya. Jam sudah 4.30, berkira-kira jamak ta'akhir. Saya rasa mesti bas takkan berhenti lagi, terus bergergas ke surau perempuan. Saya seorang. Hati gusar kalau kena tinggal. Taiping ke Kangar jauh lagi. Percepatkan ambil wuduk. Tapi hati terbayang-bayang kena tahan lori ayam lepas ni kalau kena tinggal bas. huhuhu...Kemudian sejadah dibentang, takbir diangkat serta bertawakkal sahaja.
Usai solat saya melulu lipat sejadah, buat apa yang patut pakai kasut keluar dari surau. Masa keluar serentak di surau lelaki ada penumpang lelaki menaiki bas yang sama. Fuh....alhamdulillah. Nasib lagi. Saya lihat penumpang masih berbaki di bawah. Saya sempat membeli buah untuk mengalas perut. Kemudian naik semula bas tersebut. Jangkaan saya tepat. Tiada lagi tempat yang diberhenti terus lajak ke susur ke Sungai Petani, menurunkan penumpang dan terus dan terus ke AS. Fikir saya pasti tiba di Kangar sudah Isya'.
Akhirnya 8.30 malam baru sampai nunnn stesen jauh di utara Malaysia. Sembilan jam. Lenguh pinggang cek. Setiba di rumah mak sudah menanti dengan senyuman. Saya lakukan apa yang patut terus bersiap siaga untuk bersantap. Inilah saat-saat yang terbayang dari dalam bas... sedap! suap bersuap.. Alhamdulillah. Dalam pukul 11 malam adik saya yang berkursus di Sg. Petani pulang bersama Laksa Teluk Kechai. Aduii... Kecur ayaq liuq. Terus semangkuk jadi santapan.
Dan hari ini alhamdulillah, ayah mak, adik dan saya bersama-sama berpuasa sunat wukuf di Arafah. Ya Allah.... ku syukuri nikmatMu... nikmat tinggal di Santan...
Kepada semua sahabat-handai saya, Selamat Hari Raya Eid Adha ya.
Semoga kita sentiasa memperingati kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail a.s serta pengorbanan wanita-wanita hebat Siti Hajar dan Sarah. Labaikallahuma labaiik..! Hati bergurindam kerna rindu terkenang Tanah Suci..
"EID MUBARAK"
0808
1423
meja kampung, Santan
Friday, November 13, 2009
antara lega antara tidak
Tuesday, November 10, 2009
Senget
Minggu ini adalah sangat indah jalan-jalan persekolahan saya. Tiada traffic jam, tiada kena berque panjang, tiada kena menunggu, tiada dad a da daa…Memang tidak dinafikan minggu lepas saya berkampung di KL dari Isnin sampai ke Rabu kemudian kembali ke sekolah pada hari Khamis. Kemudian bercuti pada hari Jumaat. Lantas pastinya minggu ini sangat padat dengan aktiviti pengajaran dan penyediaan kertas peperiksaan (ops..tak siap lagi bos….)
Dalam kepadatan dan kekalutan waktu untuk menyediakan P&P, saya merasakan kewajipan-kewajipan itu telah melebihi waktu yang ada. Hari ni bermula dengan pukul 8 pagi, terpaksa berkalut ke PTM untuk sesi peminjaman LCD. Kembali ke kelas, LCD dan laptop sudah ada namun extension pula tiada. Gergas saya mencari extension. 10 pagi, kelas pun tamat. Sepanjang koridor dari tingkat dua saya di sapa oleh para pelajar. Teguran biasa. Berbasa basi, sehingga ke tangga, salam disapa jawab diberi, senyuman dihulur dan dibalas. Tidak kurang semua yang bertembung pasti menegur.
“Apa ramai benar yang menegurku hari ini..”, hati saya berdesis perlahan. Senyum dan bahagia.
Tiba dibilik, laptop ditangan diletakkan perlahan di atas meja saya. Meluru ke cermin kecil yang sememangnya tersangkut di dinding playwood bilik saya.
“Oo… patuitla…”, ujar saya perlahan. Sambil tergelak kecil.
“Tudung cek senget..dok gawang-gawang tangan masa mengajar la ni.. macam mana la budak-budak tadi dalam kelas urm…kalau aku pasti nak tergelak” ngomel saya seorang diri sebelum pintu diketuk orang.
“Ops..ada orang mai…”
“Yes!!! Come in!”, kena tempik kuat-kuat sebab orang kat luar tak dengar…
2049
key chain ITS
Dalam kepadatan dan kekalutan waktu untuk menyediakan P&P, saya merasakan kewajipan-kewajipan itu telah melebihi waktu yang ada. Hari ni bermula dengan pukul 8 pagi, terpaksa berkalut ke PTM untuk sesi peminjaman LCD. Kembali ke kelas, LCD dan laptop sudah ada namun extension pula tiada. Gergas saya mencari extension. 10 pagi, kelas pun tamat. Sepanjang koridor dari tingkat dua saya di sapa oleh para pelajar. Teguran biasa. Berbasa basi, sehingga ke tangga, salam disapa jawab diberi, senyuman dihulur dan dibalas. Tidak kurang semua yang bertembung pasti menegur.
“Apa ramai benar yang menegurku hari ini..”, hati saya berdesis perlahan. Senyum dan bahagia.
Tiba dibilik, laptop ditangan diletakkan perlahan di atas meja saya. Meluru ke cermin kecil yang sememangnya tersangkut di dinding playwood bilik saya.
“Oo… patuitla…”, ujar saya perlahan. Sambil tergelak kecil.
“Tudung cek senget..dok gawang-gawang tangan masa mengajar la ni.. macam mana la budak-budak tadi dalam kelas urm…kalau aku pasti nak tergelak” ngomel saya seorang diri sebelum pintu diketuk orang.
“Ops..ada orang mai…”
“Yes!!! Come in!”, kena tempik kuat-kuat sebab orang kat luar tak dengar…
2049
key chain ITS
Saturday, November 7, 2009
ponder and wonder
Today is Saturday. By having enough rest yesterday, I hope today I will manage myself to finish my school work. Insya Allah. Actually, this week I hadd attended a conference on 6th Kuala Lumpur Islamic Finance Forum held at Nikko Hotel. And this conference is my fourth time with all prominent figures in Islamic Finance field as well as Shariah scholars. I'll share later some issues and information that had been grab during my precious time there. But what I wanna share here is that our education system in our country. I had received an email a guy (name is undisclosed) that was draw my attentions very much. And I hope by pasting his opinions on our education system, it will help us to ponder about it.
Another article by Dr. Hsu
I was told that one of the girls with the most number of A's, 17 A1's, in SPM and who is currently on a scholarship in UK to study medicine failed in her second year examination.
While passing and failing examination is part and parcel of a student's life, this case is particularly alarming, as this is supposed to be our cream of the cream. There may be other reasons why she failed , but this case typifies the trend of many of our so-called 'top scholars' failing in overseas universities.
I have mentioned before that among my daughter 's year doing medicine in University of Auckland, there were many JPA's scholars (more than 10). Only one graduated with the class. The rest have failed along the way and have to repeat the year which they have failed. Some have failed one year, passed on second attempt and then failed again in another year. It is not uncommon to have someone who failed a few times along the way.
These scholars are supposed to represent the cream of our students, and yet they struggled to get through the course.
We must find out the reasons why so many of these scholars fail when they are supposed to be the our top students.
Granted that in an examination, even a good student can do badly sometimes, but to have a disproportional high failure rate among the so called top students is alarming and cannot be attributed to 'luck' or the lack of it. Compare this with those on their fathers' scholarship, very few of the latter group failed.
Is it because our marking system is at fault? Is there any differential markings of papers? Is our education system at fault?
I think the time has come to have a thorough re-examination of the whole education as well as the examination system.
It really reflects badly on our country when scholarship holders fail in their examinations at an alarming rate.
P.S. When a scholarship holder fails and has to repeat a year, it would cost the Country a lot of money which can actually be used to finance more students for study. Scholarship holders also live a life of relative luxury, compared to self-financed students, and they normally stay in the best hostels and many of them have cars and so on… SO the whole system of awarding scholarship should be reviewed too…
If the students scores an exemplary number of distinctions (A's in Malaysia) in a public exam, they are considered the pinnacle of what the Country's education system is capable of producing. They are expected to go through tertiary education anywhere in the world with flushing success. So what could possibly have happened if they fail abroad?
Malaysia's education system has always been a laughing stock. Based purely on numeric superiority and mindless rote learning methods that even the British has long abandoned decades earlier, Malaysia continues to believe that the more A's the students attain, the better equipped they are. It doesn't matter how they get the A's so long as the aim is to get them and get as many in the process. So if the students were to labour over numerous past year exam papers in the library, memorise the answers and focus only on what the teacher 'suggests' are likely to come out for the exam, that's all right by everyone. The education system doesn't teach the students to UNDERSTAND the material. It doesn't encourage proactive teaching methods that encourage students to discover knowledge but to merely be taught.
When a student with 17 Distinctions fail in the real world, it is not a surprise. Perhaps it is to many Malaysians, but it's a system that is waiting to reward its students with spectacular failure when they leave the shores and compete overseas or when they enter the workforce. Many organisations in the private sector have continued to be horrified at the performance of such students during interviews. Communication skills are absent. Standard ethics are absent. Common courtesy codes are absent. Presentation skills as well as personal grooming are absent. What has the education system taught them?
If Malaysia continue to embark on the road of plain numeric superiority instead of to challenge the students to think, provoke them to create their own opinions and to communicate expressively, to eloquently define their standing in the world, there can never be an international leader in any field or industry emanating from Malaysia. It never produced one in the last 20 years. It never will for the next 100 years.
to ponder & wonder
1358
maple table's cloth
Another article by Dr. Hsu
I was told that one of the girls with the most number of A's, 17 A1's, in SPM and who is currently on a scholarship in UK to study medicine failed in her second year examination.
While passing and failing examination is part and parcel of a student's life, this case is particularly alarming, as this is supposed to be our cream of the cream. There may be other reasons why she failed , but this case typifies the trend of many of our so-called 'top scholars' failing in overseas universities.
I have mentioned before that among my daughter 's year doing medicine in University of Auckland, there were many JPA's scholars (more than 10). Only one graduated with the class. The rest have failed along the way and have to repeat the year which they have failed. Some have failed one year, passed on second attempt and then failed again in another year. It is not uncommon to have someone who failed a few times along the way.
These scholars are supposed to represent the cream of our students, and yet they struggled to get through the course.
We must find out the reasons why so many of these scholars fail when they are supposed to be the our top students.
Granted that in an examination, even a good student can do badly sometimes, but to have a disproportional high failure rate among the so called top students is alarming and cannot be attributed to 'luck' or the lack of it. Compare this with those on their fathers' scholarship, very few of the latter group failed.
Is it because our marking system is at fault? Is there any differential markings of papers? Is our education system at fault?
I think the time has come to have a thorough re-examination of the whole education as well as the examination system.
It really reflects badly on our country when scholarship holders fail in their examinations at an alarming rate.
P.S. When a scholarship holder fails and has to repeat a year, it would cost the Country a lot of money which can actually be used to finance more students for study. Scholarship holders also live a life of relative luxury, compared to self-financed students, and they normally stay in the best hostels and many of them have cars and so on… SO the whole system of awarding scholarship should be reviewed too…
If the students scores an exemplary number of distinctions (A's in Malaysia) in a public exam, they are considered the pinnacle of what the Country's education system is capable of producing. They are expected to go through tertiary education anywhere in the world with flushing success. So what could possibly have happened if they fail abroad?
Malaysia's education system has always been a laughing stock. Based purely on numeric superiority and mindless rote learning methods that even the British has long abandoned decades earlier, Malaysia continues to believe that the more A's the students attain, the better equipped they are. It doesn't matter how they get the A's so long as the aim is to get them and get as many in the process. So if the students were to labour over numerous past year exam papers in the library, memorise the answers and focus only on what the teacher 'suggests' are likely to come out for the exam, that's all right by everyone. The education system doesn't teach the students to UNDERSTAND the material. It doesn't encourage proactive teaching methods that encourage students to discover knowledge but to merely be taught.
When a student with 17 Distinctions fail in the real world, it is not a surprise. Perhaps it is to many Malaysians, but it's a system that is waiting to reward its students with spectacular failure when they leave the shores and compete overseas or when they enter the workforce. Many organisations in the private sector have continued to be horrified at the performance of such students during interviews. Communication skills are absent. Standard ethics are absent. Common courtesy codes are absent. Presentation skills as well as personal grooming are absent. What has the education system taught them?
If Malaysia continue to embark on the road of plain numeric superiority instead of to challenge the students to think, provoke them to create their own opinions and to communicate expressively, to eloquently define their standing in the world, there can never be an international leader in any field or industry emanating from Malaysia. It never produced one in the last 20 years. It never will for the next 100 years.
to ponder & wonder
1358
maple table's cloth
Friday, October 30, 2009
Mereka datang
Di sebelah petang semalam….
Tuk! Tuk!
“Come in…”, saya menyahut.
Tuk! Tuk! Tuk!
“Come innn!!!”, lantang saya menjerit. “Agaknya suaraku lembut sangat kot tadi tu”, detik saya dalam hati. Tetapi gusar andai jiran sebelah menyebelah terganggu dek kelantangan suara saya.
“Puan, boleh saya jumpa?”, katanya. Seorang pelajar tidak langsung yang tidak pernah-pernah jemu menjenguk saya.
“Oh, sure..have a seat”, saya menjawab.
Dia memang bukan anak didik saya secara langsung di dalam bilik kuliah mahupun tutorial. Tetapi dia adalah anak didik saya yang tidak langsung yang sangat meminati bidang kewangan. Saya masih ingat di awal semester saya menanggung amanah di sekolah ini, dia diperkenalkan oleh kawan sekerja saya. Katanya dia mahu tahu hala tujunya selepas diploma nanti. Pertemuan yang secara tidak langsung membuatkan dia akan datang menziarahi saya sekali sekala. Kerna saya tahu dia juga ada keterbatasan waktu untuk menimba ilmu. Begitu juga saya dengan kesibukan dalam perkongsian ilmu.
Berdasarkan pertemuan-pertemuan sebelum ini, dia pasti mengheret isu-isu yang kurang difahami seperti perbankan sehinggalah dinar emas. Saya sangat bersyukur kerna sedikit sebanyak saya membantunya dan dia juga membantu saya. Alhamdulillah. Saya juga yakin bahawa dia mampu melakukan yang terbaik.
“Ha…how’s your result?”, saya memulakan bicara.
“Alhamdulillah, sem ni DL. GPA 3.91”, dia menjawab.
“Alhamdulillah! Bagus!”, kata saya dengan gembira.
“CGPA?”, Tanya saya lagi.
“3.69”, dia membalas.
“Tapi kalau boleh saya nak dapatkan lebih daripada 3.7”, tambahnya lagi.
“Ok…make sure semester ni pulun bagi habis!”, terasa saya yang bersemangat.
“Puan, hari tu saya ada jumpa Ustaz N. Dia kata nak masuk UM susah puan…”, dia merungkai apa yang terbuku di hati. Lalu dia tunduk ke bawah.
“Kenapa dia cakap macam tu?”, saya tanya kembali.
“Memang susah…. UM susah nak masuk…ustaz cakap..”, ulangnya lagi. Terdengar keluhannya itu.
Saya akui katanya ada benar. Memang susah pun. Tanpa latarbelakang yang kukuh dalam Syariah dan Bahasa Arab peluangnya agak tipis. Namun dia juga sedikit pengetahuan Bahasa Arab. Tetapi mungkin kurang kukuh jika tidak dipersijilkan. Tapi bagi saya tiada apa yang mustahil selagi belum mencuba.
“Macam ni, kamu tak boleh stick dengan satu pilihan. Kamu perlu ada alternatif. Sekiranya tak dapat UM, kamu masih ada banyak peluang untuk IPTA yang setara dengannya malah lebih komprehensif lagi”, saya pula mula menjernihkan suasana.
“Alternatif ada dan cita-cita dan hasrat juga tercapai”, kata saya lagi.
“Apa pilihan kamu seandainya tak dapat UM?,” saya mula menyoal dan mengumpan minat.
“Saya ada tengok juga Puan….. kalau tak pun USIM, atau pun UUM sebab keduanya ada menawarkan perbankan dan kewangan”, dia menjawab.
“Kenapa UUM?’, saya mula memancing.
“Saya ada tengok subjek-subjek yang berkaitan saya rasa macam ok. Apa pendapat Puan?, dia kembali melontar soalan kepada saya.
“Berdasarkan minat kamu, keinginan dan cita-cita kamu…..”, saya menarik nafas untuk menyambung pendapat.
“I would suggest you to further IIUM”, sambung saya lagi.
“UIA Puan?”, dia menyoal saya kembali sambil tersenyum. Seolah-olah ada sesuatu yang membuatkan hati beratnya menjadi keringanan.
“Ya.”, jawab saya dengan pendek.
TRITT….TRITTT…
Telefon pejabat saya berbunyi. Sesudah berurusan di talian saya paling semula kepadanya yang sedia menanti ayat-ayat saya yang seterusnya.
“Banyak sudut yang akan kamu belajar sekiranya kamu sambung di sana. Bahkan saya syorkan kamu agar buat ‘double degree’. Dua-dua kamu dapat. Bahasa Arab, Ekonomi, Finance dan Usul fiqh. Jimat masa, kamu dapat dua ijazah. Kemudian kamu sambung MA dalam bidang Usul Fiqh. Buat kat mana-mana di timur tengah. Polish Arabic kamu. Kemudian, balik Malaysia kalau nak sambung Doctorate sini pun tak pa kat luar pun tak pa.”, saya memanjangkan hujah.
Dia mengangguk-angguk apa yang saya katakan.
“Bahkan di sana kamu tak perlu risau sangat dengan biah sebab ianya lebih kurang dengan di sini. Dan pastinya kamu boleh mendekati ustaz-ustaz dan syeikh untuk dengar dan belajar kitab. Selalunya ada selepas Asar dan Maghrib”, kata saya lagi.
“Nak mantapkan bahasa, kamu bergaul la dengan pelajar-pelajar luar. Macam Afghanistan ke, Iraq ke, Iran ke, Sudan lagi bagus lah. Secara tidak langsung itu sudah memberikan persediaan kepada kamu nanti untuk ke luar Negara nanti”, saya menyambung lagi.
“Um.. um…betul kata Puan, kalau boleh saya pun memang nakkan biah yang macam di sini. Sebab tu la tadi saya utarakan perkara ni. Saya nak pastikan mana satukah pilihan yang sesuai untuk saya apabila habis belajar nanti. Thanks Puan”, dia membalas.
“Bagus, kamu dah nampak sekarang, minat nak buat MA di mana?”, saya menambah.
“Insya Allah saya nak sambung di Yarmouk University”, dia menjawab dengan yakin.
“Oh that’s great! Saya setuju benar. Bagaimana dengan ibu bapa kamu?”, saya menyoal kembali.
“Alhamdulillah, mereka menyokong saya. Kadang-kadang ayah saya pun kurang faham dengan kemahuan saya tapi dia tetap memberikan peransang kerana dia tahu minat saya, dia menjawab.
“Oo.. alhamdulillah, bagus-bagus. Saya juga akan sokong dan doakan kamu selalu. Ingat ya, bila kita niat ikhlas lillahi taala, pasti akan jalan-jalan kemudahan itu terbuka luas, tambah lagi kamu memang benar mahu berjihad fisabillah”, saya menambah.
“Emm.. Puan. Terima kasih Puan. Kalau ada apa-apa lagi saya datang lagi ye Puan atau saya nak email Puan”, katanya di penghujung perbualan kami.
“Boleh… you have my email and number right?”, soal saya.
“Yes, Puan”, dia menjawab pantas.
“So….if there’s any queries ke…. Please don’t hesitate to contact or mail me okey?”, kata saya.
“Insya Allah, I will”, katanya lagi.
“Emm…Terima kasih banyak-banyak Puan. Oh ye Puan, kalau boleh saya nak attend any course yang reasonable price dalam Faraid. Do you have any idea on that particular course Puan? Kawan saya Singaporean ada sertai kira-kira 120$S. Kalau boleh saya nak di Malaysia dan berpatutan”, dia bertanya lagi.
“Ok I will check for you later yea. I think we have, and Insya Allah I’ll try to get special price for you k”, saya terfikir-fikir siapa ya….
“Ok Puan, I need to go now”, dia berpermisi.
“Baik, baik and good luck for this sem yea”, kata saya penyudah ayat.
“Insya Allah Puan”, tersenyum sambil menolak kerusi yang dijadikan stopper untuk pintu semasa perbualan kami tadi.
Pintu tertutup rapat kembali. Kerja-kerja kebajikan disambung semula.
****************************************************************
Lagi petang yang damai…
Tuk! Tuk!
“Come inn!” lantang saya lontarkan suara.
“May I come in Puan?”, dia menjenguk. Pelajar saya berusia dalam lingkungan lewat 20-an. Berasal dari Nigeria. Ebd-ul Hameed.
“Yes, sure”, saya tersenyum. Dalam hati tertanya-tanya apakah gerangannya kali ini membawa satu pertanda. Saya tahu dia gagal subjek Ekonomi semester lepas.
“Ebd-ul Hamid, can you put this chair as stopper at my door please”, saya mengalu-alukan kedatangannya.
“Yes, Puan’, dia bertindak seperti apa yang diminta saya.
“Ok, have a seat…”, saya menyelesakan kedudukan.
“Thank you Puan”, jawabnya.
“How’s your Hari Raya Puan?, dia memulakan bicara.
“Oh great! Alhamdulillah… I celebrated my eid-mubarak at my hometown with my family, near and dear…”, saya menjawab dengan nada gumbira. Pastilah gumbira kerna satu Syawal lalu adalah sambutan kelahiran saya. Ditambah dengan hari kemenangan umat Islam berpuasa di bulan Ramadhan.
“Alhamdulillah… Puan… I come and see you now because I wanna ask you about my paper last semester. I know, I failed for this subject. But, I think I supposed to pass. At that time, I’m a bit stress because this paper was last paper before I departing to Cairo which was the last ticket to go back Nigeria”, dia memulakan bicara.
Saya memandangnya dan mendengar butiran kata-katanya.
“Puan, I feel confident that I will get at least B or C for this subject. I just came back last two days and found out my results. It was so bad. I’m so sad. Is there any chance for me to get pass for this subject? You know Puan, if I failed for only one subject, it affected to my study period as well. So, I have to stay longer here. I wanna go back to Nigeria and work there”, dia menyambung.
Saya mengangguk dan mendengar.
“Puan, what should I do now? Can you re-check my paper?”, dia menyoal saya.
“Ebd-ul Hameed, I know you are a good student in my class, if you absent immediately you come and see me, explained the reason why you can’t come to my class. And you also always respect me as your teacher. I know you are good personally.
Kali ini gilirannya mengangguk.
“But you yourself knew what did you answer in your answer script last paper right?”, saya menyoalnya kembali.
“Yea…. I remember Puan….”, dia menjawab lemah.
“So… you got the answer here. You submitted me only one and half pages right?, saya menduganya.
“Yes…Puan….” Sekali lagi dia mengakui.
“Then…. Should I re-check your paper Ebd-ul Hameed?, saya menyoalnya lagi.
“No Puan….”, dia menjawab lemah sambil meraup wajahnya dan melepaskan keluhan kecil.
“What should I do Puan?”, dia bertanya saya.
“Ok, definitely the best solution you have to repeat this subject”, saya mula memberi semangat.
“Is this subject offer for this semester Puan?”, dia bertanya.
“Yes Ebd-ul Hameed”, saya menjawab.
“I bring my structure course Puan, now I failed Economics and I can’t take Managerial Economics. So now I have to repeat this subject.
Saya mengangguk-angguk sambil melihat struktur kursusnya.
“Puan, do you teach Economics this semester?”, dia menyoal.
“Oh for this semester I am not, other lecturer will teach you okey”, saya menjawab.
“If that I will not repeat this semester”, dia berkata.
“Ebd-ul Hameed…if you behave like this you will extend your time and your money. Subject is offered. Don’t waste your time”, saya memperjelaskan keadaan.
“I’m afraid if they don’t understand me and treat me as you”, dia mula ragu-ragu.
“Masya Allah, you are not supposed to say that. Every one of us has different character. Different treat and touch ok. I would suggest you, go and see them. As you visit me here. Talk to them, share with them. Of course they will understand you”, saya mencadangkan.
“Hm… Insya Allah I will…” dia mengaku.
“Ok now, try to meet them ok? How’s your Eid-Mubarak?”, saya cuba mengalih topic agar hilang kegusaran di hatinya.
“Alhamdulillah, everything is fine. Puan, actually this time of Hari Raya I celebrated with my wife”, dia berkata dengan senyum-senyum kambing.
“Oh! Really??! Meant you’re married Ebd-ul Hameed?”, saya sedikit gumbira.
“Yes Puan!”, dengan senyum seronok.
“Mabruk!!!!!” saya mengucap tahniah kepadanya.
“Thank you Puan”, dia menjawab dengan wajah ceria.
“Ok, where’s your wife? Why didn’t you bring her here and introduce to me?”, saya tertanya-tanya.
“Insya Allah, I’ll bring her. Insya Allah. She will study here Insya Allah”, dia berkata.
“Ic… That’s good uh. Send my regard to her ok?”, saya berkata lagi.
“Insya Allah Puan, Thank you for your advice Puan”, dia mengakhir pertemuan petang semalam.
“You’re most welcome”
Alhamdulillah… Segala puji buat Dia Pencipta alam… Tersenyum saya melihat gelagat mereka. Macam-macam ada…..
Note: Puan is just only “salutation” between my students and I. Most of the time Miss. Huhu..
COLOP Printer 40,
R 2302
Monday, October 26, 2009
Balasungkawa Dr. Zainudin Jaffar (1961-2009)
Al-Fatihah kepada roh Allahyarham Dr Zainudin Jaffar di atas berpulangnya beliau ke rahmatullah pada petang 25 Oktober, 2009.
Saya hanya mengenali Allahyarham semasa International Conference on Islamic Economic 2009 di hujung Mei tahun ini. Terasa kehilangan orang kuat dalam pembangunan Ekonomi dan Perbankan Islam. Moga Allahyarham diletakkanNya dalam golongan beriman dan soleh. Ameen.
Saya hanya mengenali Allahyarham semasa International Conference on Islamic Economic 2009 di hujung Mei tahun ini. Terasa kehilangan orang kuat dalam pembangunan Ekonomi dan Perbankan Islam. Moga Allahyarham diletakkanNya dalam golongan beriman dan soleh. Ameen.
Wednesday, September 30, 2009
Oren
Santapan untuk malam telah dianjak ke petang. Saya dan Has memang bertekad untuk mencari kelainan untuk makan kali ini. Setelah berbincang, berbincang dan berbincang akhirnya kami memutuskan untuk makan di Restoran Asam Pedas Sri Gading. Memang cantik restoran ni. Warna oren. Balik sahaja kerja saya terus lencong ke sebelah plaza tol Putra Mahkota. Janji jumpa di depan restoran. Sebelum melangkah ke restoran tersebut, saya sudah nampak kelibat Has dalam kedai optikal. Memang dia berhajat untuk membetulkan skru kaca matanya yang longgar dan menggantikan kaca pada kaca matanya yang retak. Saya yang ada sedikit kena mengena melihat nombor 8 seperti 3 petang tadi, turut menyibukkan diri dalam kedai tersebut. Sebenarnya, memang saya pakai pun kaca mata, tapi hanya untuk menahan silau pabila memandu di waktu malam. Alhamdulillah, power mata saya 2005 masih sama dengan 2009. Jadi tak perlulah ganti baru. :)
Usai urusan di kedai optikal tersebut kami melangkah ke restoran tersebut. Gaya langkah kami kurang yakin kerana isu yang dibangkitkan adalah restoran tersebut tiada televisyen. Sambil melangkah kami saling mempertikaikan tentang televisyen dan restoran. Memang begitulah kami. Akhirnya berpatah balik ke restoran tersebut kerana sudah sepakat mahu bersantap di situ. Restoran oren kami kembali.
Kami duduk di pinggir restoran, menanti pelayan restoran dengan penuh kesabaran. Menu ditatap. Dialih-alih ke depan kebelakang. Jus buah-buahan RM 3.00. Tambah susu RM 0.50. Tersengih kami berdua. Susu pun mahu kira ka? Dengan seronoknya kami menempah Ginger Beef Koew Teaw Kungfu. Nama Inggeris tu makanan kami. Has memilih Jus Tembikai dan saya Jus Laici (macam tu ka? Laici lebih). Akhirnya kami menikmati hidangan tersebut. Menikmati? Oh tidak. Terpaksa menikmati. Asalnya kami membayangkan Koew Teaw Kungfu seperti di Nawal. Tetapi kali ini berbeza dan sungguh berbeza. Kami hanya makan beberapa sudu. Masin. Macam makan dengan toyu (kicap). Sungguh terpaksa. Hanya jus-jus itu yang dapat kami habiskan. Mujur Oren dan Tam Belang teman saya makan sama.
Pulang ke VSP, saya singgah rumah Has. Menu istimewa. Bukan kuih raya tetapi kurma nabi dan air zam-zam. Malam ini saya menikmati buah Delima dari Mekah yang dipesan oleh saya kepada Mak Has yang pulang dari mengerjakan umrah pada hari raya baru-baru ini. Terima kasih Has.
p/s: Semasa menanti makanan di APSG saya terasa seperti pening, saya fikir mungkin disebabkan pemeriksaan mata saya. Namun gegaran gempa bumi di Indonesia yang terasa sehingga ke sini.
2224
Delima dan Kurma
Usai urusan di kedai optikal tersebut kami melangkah ke restoran tersebut. Gaya langkah kami kurang yakin kerana isu yang dibangkitkan adalah restoran tersebut tiada televisyen. Sambil melangkah kami saling mempertikaikan tentang televisyen dan restoran. Memang begitulah kami. Akhirnya berpatah balik ke restoran tersebut kerana sudah sepakat mahu bersantap di situ. Restoran oren kami kembali.
Kami duduk di pinggir restoran, menanti pelayan restoran dengan penuh kesabaran. Menu ditatap. Dialih-alih ke depan kebelakang. Jus buah-buahan RM 3.00. Tambah susu RM 0.50. Tersengih kami berdua. Susu pun mahu kira ka? Dengan seronoknya kami menempah Ginger Beef Koew Teaw Kungfu. Nama Inggeris tu makanan kami. Has memilih Jus Tembikai dan saya Jus Laici (macam tu ka? Laici lebih). Akhirnya kami menikmati hidangan tersebut. Menikmati? Oh tidak. Terpaksa menikmati. Asalnya kami membayangkan Koew Teaw Kungfu seperti di Nawal. Tetapi kali ini berbeza dan sungguh berbeza. Kami hanya makan beberapa sudu. Masin. Macam makan dengan toyu (kicap). Sungguh terpaksa. Hanya jus-jus itu yang dapat kami habiskan. Mujur Oren dan Tam Belang teman saya makan sama.
Pulang ke VSP, saya singgah rumah Has. Menu istimewa. Bukan kuih raya tetapi kurma nabi dan air zam-zam. Malam ini saya menikmati buah Delima dari Mekah yang dipesan oleh saya kepada Mak Has yang pulang dari mengerjakan umrah pada hari raya baru-baru ini. Terima kasih Has.
p/s: Semasa menanti makanan di APSG saya terasa seperti pening, saya fikir mungkin disebabkan pemeriksaan mata saya. Namun gegaran gempa bumi di Indonesia yang terasa sehingga ke sini.
2224
Delima dan Kurma
Tuesday, September 29, 2009
Tadah Ilmu
Sekolah saya sunyi. Para pelajar masih bercuti. Dan hari ini saya masuk kerja. Kerja yang bertambun menunggu penuh di atas meja. Sengaja saya biarkan kerja-kerja berkaitan ISO di atas meja sebelum pulang bercuti. Memang menyesakkan mata pabila memandang, tetapi sekurang-kurangnya saya tahu kepulangan nanti banyak yang perlu disiapkan. Namun pagi ini saya mendapat jemputan untuk menghadiri satu syarahan umum yang bertajuk “Strengthening the Islamic Financial System: Lesson from the Crisis”, disampaikan oleh Dr. Abbas Mirakhor daripada University of Kansas. Memang sangat berguna. Didalam majlis ilmu ini, SC juga menjemput DYTM Raja Muda Nazrin untuk bersama-sama mendengar syarahan beliau.
Di sini saya sertakan link untuk perkongsian ilmu tentang pengajaran dan resolusi yang sewajarnya dilakukan oleh pengamal ekonomi mahupun penganalisa dalam kewangan Islam. http://www.sc.com.my/eng/html/icm/SC_UM_DrAbbas_090929.pdf
Secara umumnya disyarahkan oleh beliau tentang tiga model-model ekonomi konvensional seperti Walras, Arrow-Debreu Model (Complete Market) yang diasaskan dengan beberapa hipotesis-hipotesis yang terlalu sempurna (perfect) seperti tiadanya campurtangan kerajaan, tiada kos transaksi serta pasaran adalah anjal sempurna. Selain itu, diutarakan oleh beliau tentang dua bentuk model ekonomi moden yang diubahsuai oleh ahli ekonomi yang lain iaitu Modigliani – Miller Theorem dan Efficient Hypothesis Market.
Selain itu system kewangan itu sendiri yang berbentuk “fragile” menyebabkan pasaran mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membawa kepada kemelesetan. Pengajaran yang paling jelas yang dapat saya simpulkan daripada syarahan beliau adalah kestabilan system kewangan adalah sempurna tanpa kadar faedah. Mekanisma kadar faedahlah punca utama kemelesetan krisis global baru-baru ini. Selain itu prinsip penyertaan ekuiti adalah lebih tepat untuk menghalang “shock” dalam ekonomi. Gelagat pengguna dan pelabur yang berteraskan kejujuran, keadilan, tidak memanupulasikan keuntungan adalah salah satu factor penting untuk merealisasikan system kewangan Islam.
1850
Carera B-2, Germany
Di sini saya sertakan link untuk perkongsian ilmu tentang pengajaran dan resolusi yang sewajarnya dilakukan oleh pengamal ekonomi mahupun penganalisa dalam kewangan Islam. http://www.sc.com.my/eng/html/icm/SC_UM_DrAbbas_090929.pdf
Secara umumnya disyarahkan oleh beliau tentang tiga model-model ekonomi konvensional seperti Walras, Arrow-Debreu Model (Complete Market) yang diasaskan dengan beberapa hipotesis-hipotesis yang terlalu sempurna (perfect) seperti tiadanya campurtangan kerajaan, tiada kos transaksi serta pasaran adalah anjal sempurna. Selain itu, diutarakan oleh beliau tentang dua bentuk model ekonomi moden yang diubahsuai oleh ahli ekonomi yang lain iaitu Modigliani – Miller Theorem dan Efficient Hypothesis Market.
Selain itu system kewangan itu sendiri yang berbentuk “fragile” menyebabkan pasaran mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membawa kepada kemelesetan. Pengajaran yang paling jelas yang dapat saya simpulkan daripada syarahan beliau adalah kestabilan system kewangan adalah sempurna tanpa kadar faedah. Mekanisma kadar faedahlah punca utama kemelesetan krisis global baru-baru ini. Selain itu prinsip penyertaan ekuiti adalah lebih tepat untuk menghalang “shock” dalam ekonomi. Gelagat pengguna dan pelabur yang berteraskan kejujuran, keadilan, tidak memanupulasikan keuntungan adalah salah satu factor penting untuk merealisasikan system kewangan Islam.
1850
Carera B-2, Germany
Monday, September 28, 2009
Back to Lubuk
Sudah sebelas hari bercuti menikmati hari kemenangan. Akhirnya saya kembali ke BSP bumi tempat saya melaksanakan segala tanggungjawab dan amanah. Apa yang menggembirakan saya pada kepulangan ke lubuk kali ini, saya telah melalui jalan baru untuk sampai ke BSP dengan merentasi Guthrie Expressway tembus di hujung Putrajaya kemudian susur kembali ke BBB dan akhirnya ke BSP.
Banyak sebenarnya "workload" menanti saya dengan senyuman. Sekarang ini saya tengah mengecaj tenaga untuk masuk pejabat. Hmm, ISO masih belum lagi langsai kerja-kerjanya. Agaknya datangkah juruaudit di minggu akhir itu? Kerna saya melihatkan pelbagai kekalutan berlaku sewaktu saat-saat akhir sebelum cuti hari raya. Namun, saya langsung tidak melihat kelibat juruaudit...agaknya siapalah diauditnya.
Esok, ya esok saya kembali bekerja. Esok pelajar masih bercuti. Mereka sedang enak menikmati cuti semester I. Namun keenakan mereka masih di dalam kegelisahan dan kebimbangan kerana keputusan peperiksaan belum lagi diketahui. Masing-masing berperang dengan perasaan. Saya juga pernah ditempat mereka. Masakan tidak saya berperasaan begitu cumanya cara dahulu mungkin tidak sama dengan cara sekarang. Saya pernah mengalami igauan mimpi-mimpi ngeri tatkala menduduki kertas-kertas yang "killer". Masa itu, hanya doa dan solat hajat sahaja mampu dilakukan. Kertas peperiksaan seperti Usul Fiqh I,II,III (diajar oleh Tok Mud), Fiqh Muamalat (Ustazah Shamsiah), Fiqh Jinayat, Econometrics (Prof. Mansor), Microeconomics (Dr. Alias) adalah antara kertas-kertas yang menggerunkan saya. Memang takut sekiranya harapan untuk lulus itu tiada. Kerna, pada pandangan saya ketika itu hubungan antara pelajar dan pensyarah antara di dalam dewan kuliah, serta di bilik pensyarah sahaja. Kami berpulun-pulun mengadakan perbincangan dalam kumpulan. Semasa pengajian saya di UM, rakan-rakan kongsi hebat saya pada ketika itu, Syima (Dungun), Ieda (Perak), Angah (Teluk Intan) dan Kakak (Kuala Lipis). Mereka adalah rakan kongsi yang hebat semasa saya di UM. Manakala di UIA, antara rakan kongsi hebat dan tulus yang selalu saya bertandang untuk perbincangan Kak Maya, Cik Diba, Ghass, Cik Liz, Kak Cun (ingat selalu berbincang di PG Asma, waktu pukul 8 pagi), Ani, Lin, Masa, Durukh, Ijal, Umam, Anum, Abang Rusdi, Kak Paie. Ramai. Tetapi mengikut subjek yang berbeza-beza.
Berbeza dengan keletah pelajar sekarang, sebelum berhempas pulas, memerah keringat, membanting usaha, menghambur segala dipelajari mereka sudah berpusu-pusu mengharapkan markah yang lebih daripada pensyarah. Tidak kira dengan sms ataupun telefon. Mungkin segalanya dianggap mudah sehingga faktor untuk mendapatkan markah atau status lulus menjadi mudah bagi mereka. Inilah perbezaan zaman saya belajar dengan sekarang. Pernah saya menghubungi bekas pensyarah-pensyarah saya, mereka juga menghadapi masalah yang hampir serupa dengan keletah atau gelagat para pelajar kini. Sehinggakan pensyarah saya sendiri mengakui perbezaan pelajar dahulu dengan pelajar sekarang. Adakah sistem pendidikan di institusi pengajian tinggi sekarang ini hampir sama dengan sekolah menengah? Konsep "spoonfeed" yang menjadi darah daging mereka sejak dibangku sekolah terbawa-bawa sehingga ke peringkat universiti. Manakan sama, konsep belajar di sekolah menengah dengan institusi pengajian tinggi. Dua alam yang berbeza. Di universiti kita diajar untuk menjadi insan yang berdikari dan mencari sendiri segala bentuk ilmu pengetahuan. Bukan sekadar konsep 3K iaitu Kelas, Kafe dan Katil. Sekiranya mereka masih lagi diasuh dan terbawa-bawa sikap di sekolah menengah serta konsep 3K pastinya para pelajar kita akan jauh keterbelakang. Justeru, saya berharap sangat supaya para pelajar kita harus berjiwa terbuka, sentiasa mencari ilmu, jangan terlalu taksub dengan zaman sekolah dan mesti kena cintakan ilmu.
Jangan jadikan diri kita seperti air yang bertakung. Jika kita berterusan membentuk diri kita untuk menjadi air yang bertakung alamatnya air itu akan menjadi busuk, ditambah pula dengan kegemaran aedes untuk membiak di dalam air yang bertakung. Nah! Akhirnya air yang kita takung menjadi punca penyebaran nyamuk aedes. Sepatutnya kita jadilah air yang mengalir. Ilmu yang diperolehi disebarluas dan dialirkan sejauh-jauhnya.
1834
Toshiba AW-848OSM
Banyak sebenarnya "workload" menanti saya dengan senyuman. Sekarang ini saya tengah mengecaj tenaga untuk masuk pejabat. Hmm, ISO masih belum lagi langsai kerja-kerjanya. Agaknya datangkah juruaudit di minggu akhir itu? Kerna saya melihatkan pelbagai kekalutan berlaku sewaktu saat-saat akhir sebelum cuti hari raya. Namun, saya langsung tidak melihat kelibat juruaudit...agaknya siapalah diauditnya.
Esok, ya esok saya kembali bekerja. Esok pelajar masih bercuti. Mereka sedang enak menikmati cuti semester I. Namun keenakan mereka masih di dalam kegelisahan dan kebimbangan kerana keputusan peperiksaan belum lagi diketahui. Masing-masing berperang dengan perasaan. Saya juga pernah ditempat mereka. Masakan tidak saya berperasaan begitu cumanya cara dahulu mungkin tidak sama dengan cara sekarang. Saya pernah mengalami igauan mimpi-mimpi ngeri tatkala menduduki kertas-kertas yang "killer". Masa itu, hanya doa dan solat hajat sahaja mampu dilakukan. Kertas peperiksaan seperti Usul Fiqh I,II,III (diajar oleh Tok Mud), Fiqh Muamalat (Ustazah Shamsiah), Fiqh Jinayat, Econometrics (Prof. Mansor), Microeconomics (Dr. Alias) adalah antara kertas-kertas yang menggerunkan saya. Memang takut sekiranya harapan untuk lulus itu tiada. Kerna, pada pandangan saya ketika itu hubungan antara pelajar dan pensyarah antara di dalam dewan kuliah, serta di bilik pensyarah sahaja. Kami berpulun-pulun mengadakan perbincangan dalam kumpulan. Semasa pengajian saya di UM, rakan-rakan kongsi hebat saya pada ketika itu, Syima (Dungun), Ieda (Perak), Angah (Teluk Intan) dan Kakak (Kuala Lipis). Mereka adalah rakan kongsi yang hebat semasa saya di UM. Manakala di UIA, antara rakan kongsi hebat dan tulus yang selalu saya bertandang untuk perbincangan Kak Maya, Cik Diba, Ghass, Cik Liz, Kak Cun (ingat selalu berbincang di PG Asma, waktu pukul 8 pagi), Ani, Lin, Masa, Durukh, Ijal, Umam, Anum, Abang Rusdi, Kak Paie. Ramai. Tetapi mengikut subjek yang berbeza-beza.
Berbeza dengan keletah pelajar sekarang, sebelum berhempas pulas, memerah keringat, membanting usaha, menghambur segala dipelajari mereka sudah berpusu-pusu mengharapkan markah yang lebih daripada pensyarah. Tidak kira dengan sms ataupun telefon. Mungkin segalanya dianggap mudah sehingga faktor untuk mendapatkan markah atau status lulus menjadi mudah bagi mereka. Inilah perbezaan zaman saya belajar dengan sekarang. Pernah saya menghubungi bekas pensyarah-pensyarah saya, mereka juga menghadapi masalah yang hampir serupa dengan keletah atau gelagat para pelajar kini. Sehinggakan pensyarah saya sendiri mengakui perbezaan pelajar dahulu dengan pelajar sekarang. Adakah sistem pendidikan di institusi pengajian tinggi sekarang ini hampir sama dengan sekolah menengah? Konsep "spoonfeed" yang menjadi darah daging mereka sejak dibangku sekolah terbawa-bawa sehingga ke peringkat universiti. Manakan sama, konsep belajar di sekolah menengah dengan institusi pengajian tinggi. Dua alam yang berbeza. Di universiti kita diajar untuk menjadi insan yang berdikari dan mencari sendiri segala bentuk ilmu pengetahuan. Bukan sekadar konsep 3K iaitu Kelas, Kafe dan Katil. Sekiranya mereka masih lagi diasuh dan terbawa-bawa sikap di sekolah menengah serta konsep 3K pastinya para pelajar kita akan jauh keterbelakang. Justeru, saya berharap sangat supaya para pelajar kita harus berjiwa terbuka, sentiasa mencari ilmu, jangan terlalu taksub dengan zaman sekolah dan mesti kena cintakan ilmu.
Jangan jadikan diri kita seperti air yang bertakung. Jika kita berterusan membentuk diri kita untuk menjadi air yang bertakung alamatnya air itu akan menjadi busuk, ditambah pula dengan kegemaran aedes untuk membiak di dalam air yang bertakung. Nah! Akhirnya air yang kita takung menjadi punca penyebaran nyamuk aedes. Sepatutnya kita jadilah air yang mengalir. Ilmu yang diperolehi disebarluas dan dialirkan sejauh-jauhnya.
1834
Toshiba AW-848OSM
Thursday, September 24, 2009
Ziarah Sana Sini
Raya ke - 4. Hari ini baru benar-benar berkesempatan masuk "rumah". Tidak berkesempatan. Sudah menjadi kebiasaan apabila hari raya ke dua rumah Santan akan terbuka buat semua sanak-saudara. Sememangnya sedari dulu, semenjak tahun 1992 lagi. Alhamdulillah sehingga lewat malam, sanak saudara serta kawan-kawan turut datang bertandang. Special thanks to my ex-housemate, kak ina dan Zack dari Sungai Petani turun ke Santan. Cik Bee, Muzaffar, Muaz, Marni, (adik-adik yang lain kurang pasti nama). Dan juga hari ini Kak Zack, Abang Hazel dan Awash pun sampai juga ke Santan.Ex-boss Head Shariah of Etiqa Takaful Berhad dan keluarga turut datang. Sangat seronok. Ex-boss CERT bila agaknya nak sampai Santan....:-?
Kemudian bere-union di rumah Syila, tak sangka dapat berkumpul dengan kawan-kawan SMKAP Asma, Roshed dan Yati. Paling terkejut apabila saya memaklumkan pernikahan Haisyah pada Mei lalu. Sungguh seronok bertemu kembali.
Selain kehadiran sanak saudara dan sahabat-sahabat, saya juga berkesempatan menziarahi ayahanda dan bonda sahabat saya Kak Ma di Jitra. Memang sudah lama berhajat nak singgah ke Taman Ehsan, nak ziarah mak dan ayah kak ma serta nak tengok baby baru adik Amni yang bernama Nawal. Kehadiran saya dan adik memang amat dinanti-nantikan oleh pakcik Khassim dan Makcik Rahmah. Tatkala mahu menjejak kaki ke garaj kereta, saya terpandang kereta "Cik BibaH" biru WRQ. Terkenang kak ma dan nizam jauh di bumi Anbiyak, Sudan. Apa khabar mereka di sana... Moga sihat hendakNya. Bertanya khabar sambil menatap gambar-gambar Kak min dan keluarga di UK, saya lihat betul-betul di wajah pakcik Khassim dan makcik Rahmah... mereka benar-benar rindukan anak-anaknya. Pakcik kata tujuh anak-anak dan cucu-cucunya tidak beraya kali ini. Hati saya sebak, saya hanya mampu mengangguk dan senyum. Serta berdoa agar mereka di rantauan sihat dan gembira. Lebih sejam kami berborak, saya dan adik mohon beransur kerana ada lagi sebuah rumah yang akan kami singgah di Changlun iaitu rumah kak ida teman sepanjang saya di UIA, ketika itu dia di Kuliyyah Ahmad Ibrahim of Law pengajian di peringkat PhD. Dan alhamdulillah kini sudah pun bergelar Dr. Ida.
Dan hari ini, jiran merangkap saudara sebelah emak saya ada membuat kenduri kesyukuran. Rupa-rupanya kawan sepermainan saya pulang beraya di Santan. Kak Mazrah balik untuk hari raya kali ini. Kami berjiran tetapi sangat susah untuk bertemu. Seingat saya, kami bermain masak-masak semasa sekolah rendah, kemudian ke kelas fardhu ain di Masjid Santan sahaja. Setelah masuk sekolah menengah Kak Mazrah tinggal di asrama MATRI, Tunjung dan saya SMKAP. Kadang-kadang dan jarang-jarang berjumpa. Bayangkanlah duduk sebelah rumah. Kemudian pabila habis SPM, saya merantau ke Kelantan dan dia ke Nilai, Negeri Sembilan. Lagi susah nak bertemu. Sedar tak sedar sekarang dia sudah nak masuk lima tahun di Loughborough, UK. Dan petang tadi kami bersua, berjumpa dan bersembang. Masya Allah. Syiokknya... (to Kak Ebah, Kak Mazrah cakap, bila-bila boleh visit sana, sebab logistik sudah ada). Dia sekarang jurutera di sana. Dan dia dan suaminya tengah menanti masa untuk sambung PhD dan setelah itu baru lah pulang ke Malaysia. Saya doakan mereka semoga berjaya selalu. :)
Kemudian, kami terus bergerak ke rumah sepupu di Kangar, dan ziarah Wa di Paya. Alhamdulillah terasa nikmat berhari raya di sini. Santan de Best! Cumanya, berita agak mengejutkan saya, suami Nani terlibat kemalangan pada hari kepulangan mereka ke Langgar. Kata hati saya sangat kuat, sebab beberapa kali saya mahu hubunginya tapi belum berkesempatan sehinggalah Nani hubungi saya tadi. Majlis resepsi sebelah Aziz berjalan lancar tadi, Alhamdulillah. Cuma Aziz di lengan bercalar-balar kerana terkena serpihan kaca dipintu sebelah kiri. YA Allah.. Ku pohon dijauhkan dari segala bencana di mana jua kami berada Ya Allah. Selamatkanlah kami, jauhkanlah kami dari segala genap bencana di langit mahupun di bumi. Ameen...
0133
Telcel & Jati Arm Chair.
Kemudian bere-union di rumah Syila, tak sangka dapat berkumpul dengan kawan-kawan SMKAP Asma, Roshed dan Yati. Paling terkejut apabila saya memaklumkan pernikahan Haisyah pada Mei lalu. Sungguh seronok bertemu kembali.
Selain kehadiran sanak saudara dan sahabat-sahabat, saya juga berkesempatan menziarahi ayahanda dan bonda sahabat saya Kak Ma di Jitra. Memang sudah lama berhajat nak singgah ke Taman Ehsan, nak ziarah mak dan ayah kak ma serta nak tengok baby baru adik Amni yang bernama Nawal. Kehadiran saya dan adik memang amat dinanti-nantikan oleh pakcik Khassim dan Makcik Rahmah. Tatkala mahu menjejak kaki ke garaj kereta, saya terpandang kereta "Cik BibaH" biru WRQ. Terkenang kak ma dan nizam jauh di bumi Anbiyak, Sudan. Apa khabar mereka di sana... Moga sihat hendakNya. Bertanya khabar sambil menatap gambar-gambar Kak min dan keluarga di UK, saya lihat betul-betul di wajah pakcik Khassim dan makcik Rahmah... mereka benar-benar rindukan anak-anaknya. Pakcik kata tujuh anak-anak dan cucu-cucunya tidak beraya kali ini. Hati saya sebak, saya hanya mampu mengangguk dan senyum. Serta berdoa agar mereka di rantauan sihat dan gembira. Lebih sejam kami berborak, saya dan adik mohon beransur kerana ada lagi sebuah rumah yang akan kami singgah di Changlun iaitu rumah kak ida teman sepanjang saya di UIA, ketika itu dia di Kuliyyah Ahmad Ibrahim of Law pengajian di peringkat PhD. Dan alhamdulillah kini sudah pun bergelar Dr. Ida.
Dan hari ini, jiran merangkap saudara sebelah emak saya ada membuat kenduri kesyukuran. Rupa-rupanya kawan sepermainan saya pulang beraya di Santan. Kak Mazrah balik untuk hari raya kali ini. Kami berjiran tetapi sangat susah untuk bertemu. Seingat saya, kami bermain masak-masak semasa sekolah rendah, kemudian ke kelas fardhu ain di Masjid Santan sahaja. Setelah masuk sekolah menengah Kak Mazrah tinggal di asrama MATRI, Tunjung dan saya SMKAP. Kadang-kadang dan jarang-jarang berjumpa. Bayangkanlah duduk sebelah rumah. Kemudian pabila habis SPM, saya merantau ke Kelantan dan dia ke Nilai, Negeri Sembilan. Lagi susah nak bertemu. Sedar tak sedar sekarang dia sudah nak masuk lima tahun di Loughborough, UK. Dan petang tadi kami bersua, berjumpa dan bersembang. Masya Allah. Syiokknya... (to Kak Ebah, Kak Mazrah cakap, bila-bila boleh visit sana, sebab logistik sudah ada). Dia sekarang jurutera di sana. Dan dia dan suaminya tengah menanti masa untuk sambung PhD dan setelah itu baru lah pulang ke Malaysia. Saya doakan mereka semoga berjaya selalu. :)
Kemudian, kami terus bergerak ke rumah sepupu di Kangar, dan ziarah Wa di Paya. Alhamdulillah terasa nikmat berhari raya di sini. Santan de Best! Cumanya, berita agak mengejutkan saya, suami Nani terlibat kemalangan pada hari kepulangan mereka ke Langgar. Kata hati saya sangat kuat, sebab beberapa kali saya mahu hubunginya tapi belum berkesempatan sehinggalah Nani hubungi saya tadi. Majlis resepsi sebelah Aziz berjalan lancar tadi, Alhamdulillah. Cuma Aziz di lengan bercalar-balar kerana terkena serpihan kaca dipintu sebelah kiri. YA Allah.. Ku pohon dijauhkan dari segala bencana di mana jua kami berada Ya Allah. Selamatkanlah kami, jauhkanlah kami dari segala genap bencana di langit mahupun di bumi. Ameen...
0133
Telcel & Jati Arm Chair.
Sunday, September 20, 2009
20092009
Today is my special day.
Today is first Syawal.
Today is everything to me.
Today is today.
20.09.2009
Santan.
1423
Today is first Syawal.
Today is everything to me.
Today is today.
20.09.2009
Santan.
1423
Thursday, September 17, 2009
Salin Baru
Hari ini adalah hari terakhir persekolahan. Masing-masing saya rasa dan saya lihat sudah berubah "mood" raya. Begitu juga saya. Terasa aura-aura kehadiran Syawal tidak lama lagi. Ditambah dengan alunan seksefon Kenny G terasa mahu balik Perlis terus. Kehadiran para pendidik ke sekolah hari ini pun ibarat menunggu masa pulang. Syarat.
Alhamdulillah, sekolah kami bermurah hati memberi cuti pada esok hari dan 23 hari bulan kepada semua kakitangan kecuali petugas-petugas yang diperbatasan sekolah. Mereka perlu mengawal sekolah daripada musuh-musuh negara ( ini adalah baiah yang saya baca bersama tenaga kerja sekolah saya hari selasa lalu).
Bersempena Hari Raya, saya pun salin background baru untuk mood hari raya. he he. Jadi inilah background raya. :) Petang nanti ada perjumpaan dengan semua tenaga penggerak, mungkin ada amanat dan sesi maaf bermaafan sesama tenaga pengajar.
Kepada semua rakan-rakan sekerja saya, Maaf Zahir Batin, Salam Eid Fitri. Terus-terusanlah melahirkan ramai pemangkin tradisi ilmu ke arah antarabangsa. Wah, macam iklan pulak.
Selamat Hari Rayo!!!
Love Ballads - Kenny G
Alhamdulillah, sekolah kami bermurah hati memberi cuti pada esok hari dan 23 hari bulan kepada semua kakitangan kecuali petugas-petugas yang diperbatasan sekolah. Mereka perlu mengawal sekolah daripada musuh-musuh negara ( ini adalah baiah yang saya baca bersama tenaga kerja sekolah saya hari selasa lalu).
Bersempena Hari Raya, saya pun salin background baru untuk mood hari raya. he he. Jadi inilah background raya. :) Petang nanti ada perjumpaan dengan semua tenaga penggerak, mungkin ada amanat dan sesi maaf bermaafan sesama tenaga pengajar.
Kepada semua rakan-rakan sekerja saya, Maaf Zahir Batin, Salam Eid Fitri. Terus-terusanlah melahirkan ramai pemangkin tradisi ilmu ke arah antarabangsa. Wah, macam iklan pulak.
Selamat Hari Rayo!!!
Love Ballads - Kenny G
Wednesday, September 16, 2009
Ubaidah bersama para syuhadak...
Seorang pelajar UIA Gombak mati dibunuh oleh tentera Israel.
أعلنت عائلة القدسي الدويك صباح اليوم، عن استشهاد ابنها الجريح عبيدة ماهر عبد المعطي القدسي الدويك ( 25 عاماً)، في أحد المستشفيات الإسرائيلية.
Keluarga al-Qudsi ad-Duwaik telah mengumumkan pada pagi ini tentang kesyahidan anak mereka Ubaidah Mahir Abdul Mu'ti al-Qudsi ad-Duwaik yang berumur 25 tahun yang telah tercedera dan meninggal di salah satu hospital Israel.
وكانت سلطات الاحتلال أطلقت الرصاص على عبيدة على مدخل شارع الشهداء وسط مدينة الخليل بتاريخ 26/8/2009، وتمت إصابته بعدة عيارات نارية، نقل على إثرها لأحد المستشفيات الإسرائيلية وهو في حالة حرجة.
Kerajaan penceroboh Israel telah menembak Ubaidah ketika di pintu jalan asy-Syuhada di tengah-tengah bandar al-Khalil (Hebron) pada 26/8/2009. Dia telah ditembak dengan beberapa das tembakan, dan dia telah dibawa ke salah satu hospital Israel dan beliau ditahan di sana.
وتتهم سلطات الاحتلال الشهيد عبيدة بمحاولة طعن جندي إسرائيلي على حاجز شارع الشهداء.
Pihak penceroboh Israel telah menuduh asy-Syahid Ubaidah dengan cubaan menikam salah seorang tentera Israel yang sedang menjaga sekatan di jalan asy-Syuhada' .
http://www.insanonl ine.net/news_ details.php? id=9364
Maklumat tambahan (daripada rakan rapat Ubaidah di UIA):
* Ubaidah memang terkenal sejak kecil aktif dengan program-program Islami di masjid, dan popular dengan nasyid dan syair-syair Arab berkaitan pembebasan Palestin.
* Ketika di jalan Syuhada, beliau dalam perjalanan ke tempat kerja, dan jalan itu memang terkenal sebagai tempat ramai orang dibunuh oleh tentera Israel kerana pihak Israel menguasai jalan tersebut dan sering mengadakan sekatan jalan raya.
* Pihak Israel tiada bukti menyatakan penglibatan Ubaidah di dalam kumpulan militan atau aktiviti keganasan, jadi pihak Israel mengada-adakan tuduhan kononnya beliau cuba menikam pihak Israel, supaya menghalalkan pembunuhan tentera Israel ke atas Ubaidah.
* Selepas ditembak, beliau masih hidup dan dibiarkan selama lebih kurang 30 minit, dan beliau dibelasah.
* Di hospital, pihak Israel menghalang orang Palestin daripada melawat Ubaidah.
* Beliau koma selama 19 hari.
* Beliau merupakan tahanan yang ke 1167 atau 1168 yang mati di dalam tahanan Israel.
Tuesday, September 15, 2009
hingga ke akhirnya...
Penantian Ramadhan tahun ini amat berbeza dengan tahun lepas. Tahun lepas saya berkesempatan hampir tiga minggu di Mekah dan Madinah. Pada tahun ini saya berpuasa di bumi saya mencari rezeki. Alhamdulillah sudah menjangkau dua puluh lima hari ibadat puasa. Dalam kekalutan mencari lailatul qadr, saya terasa Ramadhan ini saya sungguh belajar. Belajar hidup bersahur di rumah sewa, tidak dinafikan berbuka dengan rakan sekerja namun ada juga masanya saya berbuka sendirian di rumah. Saya teringat dengan seorang ustaz muaalaf, dia menceritakan betapa peritnya dia melaksanakan ibadah puasa seorang diri dalam keadaan dirinya berahsia daripada keluarganya dia sudahpun memeluk Islam. Ketika itu selama tiga tahun berturut-turut dia berbuka dan bersahur sendirian. Ketika mana dia berbuka dia berasa sungguh gembira dan bersyukur kerana dia adalah di antara jutaan umat Islam di muka bumi ini pada setiap kali masa berbuka puasa. Sesungguhnya dia tidak keseorangan... implicitnya dia beramai-ramai dengan umat yang lain. Tatkala itulah apabila saya berbuka sendirian saya pasti terkenangkan cerita ustaz tersebut. Rabbi.... La tazarni fardan.....
Minggu ini agak melelahkan kerana serentak urusan audit penfailan di sekolah saya dijalankan serta proses pemeriksaan kertas peperiksaan akhir serta proses memasukkan markah para pelajar. Alhamdulillah segalanya telah pun terlaksana dengan baik. Dan hari ini saya terasa agak lega. Ditambah dengan rezeki yang tidak disangka-sangka membuatkan semua tenaga pendidik di sekolah saya kegirangan menerima "duit raya". Alhamdulillah. Jauh di sudut hati saya sangat bersyukur dengan nikmat yang Dia kurniakan. Terima kasih Rabbi... Segalanya daripada Nya dan segalaNya kita pasti akan kembali.
Bila mengimbau kenangan tahun lepas, saat-saat 10 malam terakhir adalah saat cemerlang di Tanah Suci. Malam-malam itu dihidupkan sepanjangnya.. Saya teringat lagi semua orang senantiasa berjaga dan bersolat diimami oleh Sheikh kegemaran walid saya Abdur Rahman Sudais. Pabila qunut dibaca kami semua memohon keampunan tersedu sedan mengenang dosa-dosa yang menggunung tinggi. Adakah kami dalam golongan yang Engkau ampuni pada Ramadhan kali ini? Adakah kami akan bertemu lagi Ya Rabb... Adakah kami layak menghuni syurgaMu...sedangkan kami terlalu lalai dan leka.. Moga saya berpeluang menjejak dan terus menjejak tanah suci dan tanah tempatnya Kekasih Allah... Insya ALlah. Rindu mula bertandang...
Semoga semuanya selamat, mencapai kemenangan dalam tarbiah Ramadhan 1430H. Insya Allah. Eid Mubarak buat semua sahabat-sahabat. Terutama sekali sahabat-sahabat saya yang diperantauan iaitu Kak Ma & Nizam di Sudan, Kak Zakiah di Canada, Naimah di Melbourne, Kak dayah di Sydney, Azhar Jek di New York, Mahrizal @ Ijal di Ankarsas Uni US, Kimi di Kyoto Jepun, Fauzi di Durham Uni UK, Aiza di Cardiff Uni UK, Ani pun boleh la... walau dah balik tak sempat lagi bertemu muka (Insya Allah kari kepala ikan), Kak Ebah yang jauh di Muadzam (lama tak bersua), Pak Heri, Miranti dan kawan-kawan di Indonesia, Kak Noor di Singapore, Faezah di Brunei dan semua sahabat di Malaysia (Barat Daya dan Timur Laut) terutama sekali kawan-kawan UIA, CERT Events, Etiqa, SIIUC, UM, UMNP, SMKAP, SKKS, SRKSI, SKBT5 dan Santanian.
Ucapan: Saya pohon sejuta kemaafan atas salah silap sepanjang persahabatan/perkenalan kita. SELAMAT HARI RAYA AIDIL FITR 2009. Ukhuwwah itu Indah, bertemu dan berpisah tidak gelisah.
1700
Casio S-VPAM
2302
Tuesday, July 21, 2009
LTTE benci penduduk Islam Sri Lanka
MAYAT penduduk Muslim yang maut dalam letupan bom oleh LTTE di luar sebuah masjid di Matara, pada awal tahun ini.
Ramai penduduk Muslim jadi sasaran kekejaman Tamil Eelam sepanjang 25 tahun perang saudara
KEMENANGAN tentera Sri Lanka mengalahkan kumpulan gerila Harimau Tamil Eelam (LTTE) Ahad lalu, tidak hanya menamatkan perang saudara yang berlanjutan lebih 25 tahun lamanya, tetapi turut mengakhiri trauma dan kesengsaraan penduduk Muslimnya.
Apa tidaknya, bumi kecil yang dihuni 20 juta penduduk dengan etnik Sinhala kumpulan majoriti sebanyak 74 peratus, Tamil (18 peratus) dan Muslim (8 peratus), perang saudara itu sebenarnya tidak hanya menyaksikan pertikaian antara kerajaan dengan LTTE atau penduduk Sinhala dengan Tamil, tetapi turut sama mengheret penduduk Muslimnya.
Malangnya, derita dan kesengsaraan kira-kira 1.5 juta penduduk Muslim yang sebahagian besar bertumpu di wilayah utara dan timur yang juga kawasan konflik, serta di selatan, tidak diketahui ramai.
Ketika media tempatan dan antarabangsa lebih banyak menghebahkan laporan dan gambar penduduk Tamil dan Sinhala menjadi pelarian dengan wajah sugul berjalan membawa beg atau sehelai sepinggang akibat konflik itu, sebaliknya tidak banyak kelibat penduduk Muslim dipaparkan sebagai subjek utama.
Jika masyarakat dunia masih belum dapat melupakan wajah mayat pemimpin LTTE, Vellupillai Prabhakaran yang mati dalam serangan beberapa hari lalu, hakikatnya tidak ramai yang mungkin dapat mengingati atau pun tahu mengenai ribuan jenazah penduduk Muslim yang terbujur kaku di dalam rumah, masjid, sekolah serta di kaki lima akibat kekejaman LTTE yang berlaku hampir sepanjang tahun.
Hakikatnya, LTTE bukan sekadar kumpulan pemisah biasa, sebaliknya berstatus kumpulan pemberontak profesional, mempunyai kerajaan dan bala tenteranya sendiri termasuk pasukan penyerang bunuh diri menggunakan lilitan bom. Ia turut menjadi kumpulan militan pertama menggunakan wanita dalam serangan mereka, selain dikenali kerana tindakan ‘gila’ pengikutnya yang memakai rantai kapsul racun sianida bagi membolehkan mereka membunuh diri serta-merta jika tertangkap.
Tidak hairanlah ia mampu melancarkan lebih 200 serangan bunuh diri dan mencetuskan perang saudara yang meragut lebih 70,000 nyawa. Operasi kejamnya turut melangkaui bumi Sri Lanka dan dikaitkan dengan pembunuhan bekas Perdana Menteri India, Rajiv Gandhi pada 1991.
Namun, mangsa sebenar dan berterusan kekejaman LTTE itu adalah penduduk Muslim yang disifatkan sebahagian usaha pembersihan etnik penduduk Islam di Sri Lanka. Kebencian yang bukan saja disebabkan perbezaan etnik dan agama, tetapi faktor perebutan wilayah di timur dan utara negara itu yang juga menjadi kubu kuat kumpulan gerila berkenaan sebelum ini.
Dari segi ekonomi, penduduk Muslim jauh lebih berjaya berbanding masyarakat Tamil, manakala aspek politik pula menyaksikan parti politik Muslim memegang status sebagai ‘broker’ kuasa dan penentu kerajaan yang memerintah Sri Lanka. Ini disebabkan biarpun minoriti, tetapi pecahan kerusi dimenangi parti Muslim berperanan sebagai penentu penguasaan parti politik utama di Parlimen.
Kejayaan dan kelebihan itulah yang disifatkan penganalisis sebagai ramuan yang menyebabkan kebencian LTTE terhadap Muslim meluap-luap. Kemuncak kekejaman LTTE terhadap penduduk Muslim ketara pada 1990-1991 dan terbukti berterusan hingga Mac lalu.
Tarikh 30 Oktober 1990 disifatkan detik hitam bagi masyarakat Muslim, apabila LTTE yang menguasai wilayah di utara, iaitu Semenanjung Jaffna, memberi kata dua kepada penduduk Muslim di situ - keluar dari kawasan itu atau dibunuh.
Lebih kejam lagi, arahan itu perlu dipatuhi dalam masa 24 hingga 48 jam, seperti dilaporkan media antarabangsa.
Namun hakikatnya, hampir 90,000 penduduk Muslim diusir dalam masa dua jam! Malah kejadian itu disifatkan penganalisis tempatan, AJC Mohideen, sebagai pembersihan etnik paling cepat dalam sejarah moden dunia kerana penduduk Muslim diusir dalam masa dua jam hanya atas alasan wilayah itu adalah tanah tumpah dan milik masyarakat Tamil.
Penulis sendiri yang pernah mengunjungi beberapa wilayah Sri Lanka, beberapa tahun lalu dalam lawatan anjuran kerajaan negara itu bagi melihat proses damai, berkesempatan menyelami perasaan hiba segelintir penduduk Muslim di Jaffna yang mengakui tempoh dua jam itu ibarat neraka dunia bagi mereka apabila dipaksa meninggalkan harta benda sambil kepala diacukan senjata api dan parang oleh anggota LTTE.
Imam Masjid Jamek Jaffna ketika itu, Abdullah Marlim, turut menitiskan air mata menceritakan bagaimana ramai keluarga Muslim terpisah, anak kecil menjadi yatim piatu dan wanita menjadi balu serta janda dalam sekelip mata.
“Masyarakat Islam dan Tamil dapat hidup aman damai di Jaffna sebelum ini. Tetapi kekejaman LTTE menghancurkan segala-galanya, keluarga porak peranda dan terpisah, masjid dimusnahkan dan harta benda kami dirampas.
“Selain sehelai sepinggang, kami cuma dibenarkan membawa kira-kira 75 rupee (RM3). Kami diberi kata dua - keluar atau dibunuh. Dengan berat hati, kami melangkah keluar untuk bergelar pelarian di tanah air sendiri,” katanya.
Selepas keadaan diberitakan selamat, beliau dan beberapa penduduk Muslim memberanikan diri kembali ke Jaffna beberapa bulan kemudian, tetapi disambut pandangan yang memilukan. Hanya satu daripada 13 masjid dapat digunakan akibat bedilan bom tentera LTTE dan daripada kira-kira 100,000 penduduk Muslim di Jaffna, jumlahnya cuma mencecah lebih 1,000 orang manakala lebih 50,000 masyarakat Muslim yang tidak berani kembali, terus mendiami kem pelarian sehingga ke hari ini.
Terbukti kekejaman itu tidak terhenti apabila sebulan selepas itu, LTTE meneruskan kekejaman melancarkan serangan di sebuah masjid di Kathankudy. Seramai 172 Muslim yang khusyuk bersolat ketika itu, maut serta merta. Gambar pembunuhan kejam itu dengan mayat, termasuk budak lelaki yang masih lengkap mengenakan kopiah serta sejadah dipenuhi darah, bergelimpangan kaku dan terpampang di dada akhbar antarabangsa.
Seperti lazimnya, reaksi masyarakat dunia hanyalah dalam bentuk kecaman yang diibaratkan ‘angin lalu’ tanpa meninggalkan kesan atau menghentikan kekejaman LTTE yang terus mengganas membunuh penduduk Muslim di kawasan jajahan mereka.
Pada 10 Mac lalu, LTTE yang tidak cukup menjadikan masjid di utara dan timur Sri Lanka sebagai sasaran utama, bertindak menyerang perarakan sempena Maulidur Rasul di Akuressa, di kawasan selatan, yang meragut 15 nyawa.
Jurugambar sempat merakam peristiwa tragik dan mengerikan itu apabila barisan penduduk Muslim, berpakaian serba putih, berlatar belakang percikan letupan bom di belakang mereka. Dalangnya sudah semestinya pihak LTTE dan hanya dua perkataan yang layak menggambarkan tindakan tidak berperikemanusiaan itu - kejam dan zalim.
Kini selepas tumpasnya LTTE dan kematian Prabhakaran, mungkin ada yang menganggap doa masyarakat Muslim yang selama ini sengsara, sudah pun terjawab.
Namun apakah ini menjadi titik noktah kepada kesengsaraan penduduk Muslim ini? Apakah ada sinar bahagia bagi mereka dengan diberikan hak sepatutnya untuk hidup sama sama seperti bangsa Sinhala di Sri Lanka?
Apa yang pasti, setakat ini, sebahagian besar penduduk Muslim yang miskin ini masih bergelar pelarian dan hanya masa menentukan sama ada mereka dapat kembali ke rumah masing-masing dan meneruskan kehidupan seperti biasa.
Apakah mungkin peranan mereka sebagai penyumbang ekonomi dan penentu kuasa politik, mendapat pengiktirafan sewajarnya daripada kerajaan pimpinan Presiden Sri Lanka, Mahinda Rajapakse.
Namun lebih penting, masyarakat serta pertubuhan Islam antarabangsa perlu sama-sama menjadi pihak pemantau bagi memastikan penduduk Muslim Sri Lanka tidak lagi menjadi mangsa di tanah air sendiri selepas berkuburnya LTTE.
INFO: Muslim Sri Lanka
# Mewakili tiga etnik iaitu Moors yang berketurunan pedagang Arab, kumpulan etnik Jawa dan Melayu yang berasal dari Indonesia dan Malaysia serta India Muslim.
# Setiap kumpulan itu mempunyai sejarah dan tradisi masing-masing. Masyarakat Moor adalah asalnya pedagang Arab yang yang datang pada abad kelapan dan berkahwin dengan wanita tempatan, sambil menyebarkan Islam. Mereka mewakili kumpulan majoriti penduduk Muslim Sri Lanka.
# Ketika penjajahan Belanda dan Inggeris, ramai penduduk Kepulauan Jawa dan Melayu dari Malaysia dihantar ke Sri Lanka dan penduduk kumpulan etnik ini mencecah kira-kira 50,000 orang ketika ini.
# Kumpulan lain Muslim berasal dari India dan Pakistan yang datang mencari peluang pekerjaan. Sebahagian besar berasal dari Tamil Nadu dan Kerala di selatan India.
*Kita perlu berhati-hati. Tidak bererti berlaku di India tidak berlaku di Malaysia.
Source: Bharian
2226
Teringat Kerala India...
Lama
Lumrah sungguh.
Ada masa, tiada apa.
Tiada masa, ada sungguh.
Yang mana satu nih?
Lama-lama dibiar macam tu sahaja.
Inilah yang sedang saya hadapi.
1K retro,
2221
Ada masa, tiada apa.
Tiada masa, ada sungguh.
Yang mana satu nih?
Lama-lama dibiar macam tu sahaja.
Inilah yang sedang saya hadapi.
1K retro,
2221
Sunday, June 28, 2009
Kampoi...
Malam ini adalah malam menunggu bagi saya. Esok akan bermula rutin biasa di sekolah. Namun sesungguhnya, hujung minggu ini sangat menyeronokkan saya walau penat melaluinya. Mungkin bagi kalian seandainya membaca entry kali ini tidak la seseronok mana. Harapnya ada juga sedikit keseronokan di kala menghabiskan entry saya untuk kali ini.
Cerita I
Sebelum membuka tirai hujung minggu ini, saya berasa sungguh bersyukur dengan program yang diadakan pada jumaat petang lepas berlansung dengan jayanya. Sebagai salah seorang komittee pelaksana, saya sangat bersyukur Program Forum Rahsia Kejayaan bersama Alumni sekolah saya berjalan lancar. Tahniah buat cik Has, pengarah program kerana bersusah payah memerah keringat, tenaga dan fikrah untuk program ini.
Merangkak malam, saya bersama-sama teman serumah berjalan-jalan di pasar malam Hentian Kajang. Katanya pasar malam tersebut manusia akan berjalan jauh kerana pasar malam panjang. Kami pun dengan penuh keterujaan ingin berjalan panjang walau saya tahu diri saya sudah lelah dengan apa yang dilakukan sepanjang hari ini. Ianya ibarat ganjaran berlelah sepanjang hari. Sepanjang di pasar malam panjang itu, saya dan teman merasakan kami ini ibarat penyelia pasar malam, hanya pandangan ke kanan dan ke kiri dan berjalan mara ke hadapan. Sehingga hujung, saya mengintai-intai ada yang menarik untuk dibeli lalu kami membuat pusingan U (rasa macam memandu pula). Mungkin kerna berjalan sahaja disitu, teman saya mengajak saya ke satu kedai pakaian, memilih-milih, memegang-megang, merasa-rasa, mencuba-cuba. Namun akhirnya tidak terpilih. Bergerak lagi. Perut bekeroncong dengan alunan lagu rock kapak yang kebetulan lagu-lagu yang didendangkan di kedai itu semuanya tangkap lentok. Kami berjalan sehinggalah ke restoran yang agak eklusif jika dipandang dari luar. Agak kepingin untuk masuk. Saya melihat teman saya, dia mengangguk. Kami sama-sama menghayun kaki ke situ.
Ani Sup Utara. Menelek semua menu yang ada. Aik.. semua sup, koew teaw sup, behun sup, mee sup etc. Cuma ada nasi ayam. Owh nama pun Sup Utara. Teman saya mencuba behun sup, saya kepingin koew teaw sup. Menanti makanan tiba kami berbual-bual tentang hiasan dalaman restoran tersebut. Kemudian apabila hidangan sampai, saya bertanya-tanya tentang restoran tersebut (sudah menjadi hobi). Rupanya restoran tersebut baru sahaja memulakan perniagaan supnya hari tersebut. Bertambah seleralah kami untuk mencuba, merasai dan menikmati hidangan hari pertama pembukaan restoran tersebut. Behun sup teman saya memang sedap, terasa seperti saya menikmati behun sup simpang empat di Perlis. Namun, koew teaw saya agak berbau hapak. Saya meminta pelayan restoran agar bau makanan tersebut. Kesulitan amat dikesali, mereka mengantikan saya makanan baru, tetapi saya menolak. Saya minta agar behun sup diganti memandangkan kesedapan yang saya rasai…nyam nyam… Setelah makanan baru tiba saya menikmati dengan lazatnya.. Sedar tak sedar jam sudah hampir 11 malam.. Lama juga kami berjalan malam tersebut.
Cerita II
Disebabkan keletihan malam tersebut berjalan-jalan, saya agak kemalasan untuk terjunan pada pagi sabtu. Bukan menyambung mimpi, cumanya saya bersiap-siap untuk menghantar “kekasih” saya untuk diservice. Mengikut perkiraan buku log service sepatutnya Iskandar perlukan major service. Setelah memanaskan enjin saya meluncur keluar VSP sambil mengintai kedai service tayar berdekatan dengan rumah. “Masih belum buka”, detik hati saya. Saya ke ATM dekat dalam sekolah saya. Berkira-kira dengan major service berapa sepatutnya saya keluarkan duit. Mesin ATM pada hari sabtu pun boleh tahan ramainya, agaknya budak-budak mahu berjalan desis hati saya sambil beratur panjang. Tatkala itu, bunyi vibrate menggegarkan seluar bebet saya.
Tertera nama teman serumah. “Pzah pi service keta ka?, Kak kina nak pi jalan TAR la, nak tengok kain wat baju raya. Pzah nak join tak?”.
Saya membalas, “La? (Sekarang?). Kedai tu tak bukak lagi. Kak ina dah siap ka ?. Kepala yang tidak gatal digaru-garu. Bila masa teman saya sudah bersiap-siaga nak ke Jalan TAR sedang saya keluar tadi serasa saya dia masih diulit mimpi. Mungkin semasa saya bersiap turun, memanaskan enjin dan ketika itu dia bersiap. Itu hanyalah persoalan-soalan. Kemudian, gegaran telefon berbunyi semula.
Saya membuka, ”Tak la, baru bangun.. hehe..”, dia membalas.
Kemudian, saya mencadangkan agar teman saya bersiap dahulu supaya saya sampai rumah boleh bergerak sama. Setelah ATM itu dicucuk-cucuk. Saya bergerak ke kedai service kereta. Alhamdulillah, kedai tersebut sudah pun buka, saya terus memakir Iskandar berhadapan dengan kedai. Bercakap-cakap dengan bos kedai, yang Iskandar perlukan major service untuk perjalanan 40 000 km lebih. Dia juga menyarankan minyak hitam yang bagus. Saya dengan dangkal ilmu kereta ini mengangguk-angguk, apa yang terdetik dihati adakan ”cha ya nun alif” di depan saya ini sedang berbohong mengenakan saya? Cepat-cepat saya istighfar. Mohon dijauhkan. Saya memberitahunya saya akan datang ambil Iskandar agak petang sedikit. Setelah setuju dan meninggalkan nombor telefon saya, saya berjalan pulang ke rumah. Teman saya masih bersiap, saya menukarkan pakaian ’biasa-biasa’ ke kedai kereta tadi dengan pakaian untuk berjalan ke jalan TAR. Hehe.
Setiba di jalan TAR, suasana masih lengang mungkin kerana hari masih awal, dan kami mendapat parkir yang agak depan. Berjalan menyusur ke jalan TAR. Satu ke satu kedai kami telusuri. Saya tolong menjadi jururunding tidak bertauliah memberikan pendapat, sambil saya sendiri tidak terlepas memilih untuk saya. Diseperjalanan saya, menyinggah di beberapa kedai buku untuk mencari-cari buku untuk pengajaran saya. Sewaktu ini saya berpisah dengan teman saya, dia lot-lot kedai kain dan saya masuk ke kedai-kedai buku kegemaran saya yang membuatkan hati saya terusik seketika mengenangkan zaman belajar di UM 7-8 tahun lepas. Teringat sangat ketika ini, zaman kami terpaksa berusaha mencari buku-buku sendiri. Tidak sama waktu belajar dahulu dengan sekarang, kami terpaksa mencari sendiri dek kerana pengajian kami dulu tidak merujuk satu-satu buku teks. Kami terpaksa merujuk ke semua rujukan yang dilampirkan dalam proforma subjek. Oh zaman yang dirindui! (saya tak boleh teruskan bab ini, terlalu terusik)
Dalam pencarian saya di Minerva dan Mukmin, akhirnya sempat juga saya mengangkat empat buah buku yang sangat-sangat menarik minat saya. Antaranya;
1)Buku tulisan Jomo K.S tentang Aliran Pemikiran Ekonomi: Kenapa Ahli Ekonomi Tidak Sependapat, keluaran DBP. (keluaran lama dan hanya satu yang tinggal)
2)Petunjuk Amalan Ekonomi Islam, Abdul Rahman Zaki Ibrahim, DBP (keluaran lama)
3) Life is an Open Secret: You, Me and We, Sis. Zabrina
4) Life is an Open Secret: Ramadhan Special, Sis Zabrina
Buku 3) dan 4) sangat-sangat teruja untuk membacanya! Alhamdulillah memang itu yang saya terbayang-bayang semasa teman saya mengajak saya ke jalan TAR sebab saya tahu kemana tempat kegemaran saya. Bila dapat buku Life is an Open Secret ni hati ini terkenang orang yang jauh di bumi Europe iaitu my lovely sister Ani. Hati terkenang semasa sama-sama "melepak" di MPH. Kau tetap diingatanku Ani.
Lebih kurang 5 petang kami bergerak pulang. Dengan hati yang gumbira. Saya terasa tidak sabar untuk "melayan" Life is an Open Secret.. Setiba di BSP, Iskandar dulu saya ingat. Ia masih di kedai service kereta. Bayar dan balik ke VSP. Iskandar terasa ringan dan syiok pabila dipandu. Bertambah dan berpadu rasa sayang saya terhadap Iskandar.. "I love you..my iskandar.., esok kita pi jalan-jalan na.." ujar saya padanya. Saya tahu ia juga syiok pabila saya melayan dia dengan baik. "Terima kasih Ya Rahman Ya Rahim atas nikmatMu meminjamkan aku dengan Iskandar...", desis hati ini. "Syahdu la pulok..."
Cerita III
Ahad yang tenang. Titisan hujan melembapkan bumi BSP menenangkan jiwa, menyejukkan mata memandang. Saya bersiap untuk program bersama pelajar-pelajar saya. Alhamdulillah, alfun syukran buat teman saya Kak Ina kerana sudi menjadi penasihat pengiring. Hehe..jasamu kukenang kak baby! (nama manja-manja saya untuknya. Asalnya, Kak Zi akan menyertai saya namun atas alasan yang munasabah dia bergerak kemudian. Jadi saya dan teman bergerak dahulu. Ini kali pertama memandu sendiri lansung ke PD, kiranya sebelum ini hanya laluan sahaja. Saya telah dimaklumkan oleh Yang Dipertua Permata bahawa Family Day Permata ini akan diadakan di Pantai Saujana, PD. Perjalanan yang mengambil masa 45 minit sangat menenangkan. Setiba kami di sana, pelajar-pelajar sudahpun mengambil tempat perkelahan. Saya mencari tempat sesuai untuk Iskandar berteduh. Kemudian kami ke tempat kejadian. Saya dan teman disambut oleh para pelajar. Syiokknya... pantai...
Angin sepoi-sepoi bahasa korea membuatkan hati ini bertambah seronok dan tenang. Ah begitu indahnya ciptaan Allah, saya sangat bersyukur ditempatkan di Bangi, ada jua kesempatan melewati tempat-tempat sebegini tenang.. Kanak-kanak berlari sana ke mari, ada yang bercanda-canda ditepian pantai, tidak kurang yang bersantai dibawah pohon rhu sambil menikmati hidangan pagi, saya dan teman menyusur gigi pantai.. irama semulajadi yang mendendangkan seribu hikmah, seribu maksud tersirat, alunan zikir ke hadrat Yang Maha Besar.. Di bawah mentari pagi, saya melihatkan kebahagiaan-kebahagian itu terpancar disegenap keluarga yang datang bertandang ke situ. Riak-riak keseronokan terpancar jelas diruangan mata.. bersama-sama keluarga tercinta..
Saya terpandang bot yang didampar di tepian pantai, sememangnya ada khidmat yang ditawarkan untuk sekelian pengunjung yang tiba. Kami merapati anak muda berspek kilat ala-ala artis. Saya memulakan bicara sopan.
"Dik, berapa harga ye kalau nak naik bot ni?", saya berbasa.
"Ooo..akak dua orang je? Kalau satu bot RM150, kalau sikit tu saya caj per kepala la kak. RM 15 seorang", dia membalas.
Saya menghitung-hitung dengan teman saya. Kebetulan ada satu keluarga mahu menaiki bot. Saya bertanya lagi.
"Dik, akak join sekali boleh tak? Kami dua orang je".
"Ha.. boleh la kak. RM 15 seorang", dia membalas.
"Okey, jom kak ina kita naik bot", saya berasa syiok pula.
Keseronokan bermula tatkala bot meluncur atas permukaan air. Terasa cuak juga pabila bot mengona baring atas laut tu. Apa lagi menjerit ketakutan la saya. Saya juga sempat menjeling teman saya, dia diam saja namun tangannya kuat memegang besi pemegang bot sebelah lagi mencengkam handbag kami. hihi.. dia cuak juga.. Dua orang makcik beserta tiga anak kecil bersama kami. Anak-anak itu tertegun kaku dalam bot. Pucat dan takut. Kata ibu mereka, kalau tak nakal bukan main. Ini diam semacam sahaja. Kami berpusing-pusing di lautan yang terbentang luas. Hati penuh rasa kagum atas hamparan laut yang terbentang luas membiru nan hijau, membulat saujana memandang.. Alhamdulillah atas segala nikmatMu...Subhanallah..
Usai berbot dilautan, kami kembali ke darat. Kami ke tempat perkelahan para pelajar. Saya melihatkan AJK-AJK sedang sibuk memasak. Yang lelakinya membakar ayam, yang perempuannya menyediakan awas-awasan untuk membuat sup ayam. Saya menolong mereka menggoreng nugget ayam.. Terfikir saya semuanya ayam orented. Sosej ayam. Ayam lagi... Kesian ayam..
Sementara para pelajar lain, bersukaneka di pantai. Kelakar melihat gelagat mereka. Sesungguhnya para pelajar Permata ini sungguh bijak, berdikari dan unik. Saya tersenyum melihat keletah masing-masing. Terasa sungguh gumbira dihati. Masing-masing nak menunjukkan kehebatan mereka. Mana taknya, cikgu ada kat situ. Saya pun layannn...
Sesi masak-memasak melangkau dhuha nak ke zuhur. Sekejap-kejap tertawa melihat adegan-adegan lucu mereka bersukaneka. Ayam-ayam sudah selamat dibakar, nugget juga, cuma sup ayam agak keterlewatan sedikit. Sesambil itu, mereka mengambil inisiatif memasang nasyid-nasyid dengn alat pembesar suara.. Tatkala ini, saya sekali lagi terkenang zaman matrik di Nilam Puri dolu-dolu... Kami pernah melalui zaman-zaman ini suatu ketika dolu. Bercanda di pantai Teluk Kandis, Kelantan. Masa itu sangat manis dikenang. Kenangan, kenangan dan kenangan lagi. Setelah bersukan, mereka berehat dan bersuai kenal sesama sendiri. Lebih kurang 1.30 petang alunan azan zuhur dikumandangkan dengan pembesar suara. Para pelajar perempuan diarah solat di Petronas berdekatan, dan para pelajar lelaki berjemaah di tempat perkelahan. Pengunjung yang hadir turut melihat-lihat solat jemaah zohor ditepi pantai.. Suasana yang sungguh indah untuk ditatap...Selepas menikmati makanan yang dimasak oleh para pelajar, kami bergerak pulang.. Ucapan terima kasih buat Permata. Merekalah permata dihati saya. :)
On the way back to BSP, saya terjumpa... jeng jeng. DURIAN! Kami menikmatinya sambil santai ditepi jalan. Kemudian menyusur pulang ke BSP dengan keletihan + seronok.
2238
sejadah biru, kain putih.
*kampoi means togther / all
Monday, June 22, 2009
Mengemas "rumah" saya
Alunan lagu my memory membuatkan saya teralih memory ketika zaman belajar dahulu. Tapi saya bukan nak menceritakan zaman belajar tetapi, lirik lagu ini agak mendamaikan... menenangkan.
Saya dapat membayangkan rumah saya ini sudah bersarang. Penuh dengan labah-labah, batman mahupun cicakman. Sebab hampir lamanya saya tidak mengupdate apa-apa berita yang terkini tentang kehidupan saya. Saya tidak seharusnya menyalahkan keterbatasan masa menyebabkan saya mengabaikan rumah saya ini. Saya tahu ianya sudah berabuk, berdebu. Dengan sedaya upaya malam ini, saya mengagahkan diri untuk mengemaskini semula. Insya Allah, harapnya selepas ini saya pastinya akan mengemas walau sedikit waktu yang ada.
Untuk enrty ini, saya mendoakan kelancaran pembedahan sahabat saya yang berada di Kedah Medical Centre. Semoga beliau dipermudahkan pembedahan esok. Kecederaan di lutut menyebabkan satu pembedahan kecil perlu dijalankan agar membolehkan beliau bersukan seperti biasa. Insya Allah semoga berjaya.
2338
Ryu-my memory
Friday, May 8, 2009
@Rasa
Putrajaya. Kalau diingat-ingat balik mungkin sudah hampir sepuluh tahun kami tak bersua. Selepas sahaja tingkatan empat dia ke KISAS, saya teruskan SMKAP. Kami akrab sebab kami selalu beruyun-ruyun ke stesen bas Kangar, untuk dapatkan bas pukul 2.15. Kalau tak dapat 2.15 kami terpaksa menunggu sehingga 3.30 untuk bas seterusnya.
Saya tiba awal sedikit. Kalau tak disebabkan mak-mak kami bertemu semasa menghadiri kenduri tempoh hari, mungkin juga kami tidak bertemu sebegini kembali. Sambil melayan mata dengan pameran perabot putih di ruang legar Alamanda, saya duduk di sebelah air pancut untuk menanti dia. Lama jugak menunggu di situ. Sambil mata merayau-rayau melihat kelibat manusia ke sana sini. Ada yang baru nak mencari makanan, ada yang sudah makan dan terus bersiap ke masjid Putrajaya. Ada yang ber'window shopping' dan macam-macam difikiran mereka. Saya memperbetulkan kedudukan. Mana la.
Hampir sepatutnya saya telefoni dia, saya terus dail nombornya.
"Sara kat mana dah?, kami kat bertentangan dengan Habib dan Sasa ni," mencongak tempat duduk saya.
"Ya, ya kami dah sampai dah ni", Sara membalas.
Saya nampak kelibat dia. Cepat-cepat ke arahnya. "Saraaaa..." panggil saya.
"Pzahhhh", sambil menyerngeh ke arah saya. Kami bersalam dan berpelukan. Bertepuk-tepuk bahu.
"Ish lamanya kita tak jumpa kan...", saya mebalas. Terasa seronok.
"Hampa makan dah ka ni?", ditanya kepada saya.
"Dak lagi, terus ke sini. Jom makan kat situ," saya membalas.
Saya bertanya-tanya, Ji'a sampai besar ni. Lamanya tak tengok. Dulu kecik-kecik lagi. Budak saja. Sekarang dah dewasa. Ish..cepatnya masa berlalu.
Saya dan Sara terus ke tempat makanan dan Ji'a mencari tempat makan. Setelah makanan dan minuman di depan mata, kami mula bercerita. Daripada tahun 1994 sampai la 2009. Macam-macam diceritakan. Peristiwa tupperware minuman jatuh dalam longkang, kejar bas Santan/Kilang Gula, main-main kat rumah Sara, tengok adik Sara baru lahir. Lawan naik gerek (basikal), sampai lah lepas SPM, degree, master dan PhD. Mak oi...panjang betui. Dan dia sekarang calon pelajar PhD di UPM akan berkhidmat di Unimap nanti. Banyak pengalaman, pahit maung bergelar pelajar PhD. Saya tekun mendengar, sekali sekala ditanya tentang saya. Keinginan memang ada, cuma masa dan peluang belum tiba.
Sampai la peristiwa mak-mak kami bertemu di majlis kenduri. Dan saya pastinya tahu bahawa pertemuan itu Sara ingin memberi kad sempena hari sejarahnya 31 hari bulan ini. Tiada aral kemungkinan saya akan hadiri majlis resepsi di Cheras yang mana pada hari tersebut saya "clash" dengan tiga jemputan yang lain.
MABRUK buat SARA YASINA & MOHD HAFIZ. Moga bercinta sampai ke syurga. Ameen.
*Esok kelas terjun batal sebab teacher ada alumni di JB.
1738
dark chocolate
Saya tiba awal sedikit. Kalau tak disebabkan mak-mak kami bertemu semasa menghadiri kenduri tempoh hari, mungkin juga kami tidak bertemu sebegini kembali. Sambil melayan mata dengan pameran perabot putih di ruang legar Alamanda, saya duduk di sebelah air pancut untuk menanti dia. Lama jugak menunggu di situ. Sambil mata merayau-rayau melihat kelibat manusia ke sana sini. Ada yang baru nak mencari makanan, ada yang sudah makan dan terus bersiap ke masjid Putrajaya. Ada yang ber'window shopping' dan macam-macam difikiran mereka. Saya memperbetulkan kedudukan. Mana la.
Hampir sepatutnya saya telefoni dia, saya terus dail nombornya.
"Sara kat mana dah?, kami kat bertentangan dengan Habib dan Sasa ni," mencongak tempat duduk saya.
"Ya, ya kami dah sampai dah ni", Sara membalas.
Saya nampak kelibat dia. Cepat-cepat ke arahnya. "Saraaaa..." panggil saya.
"Pzahhhh", sambil menyerngeh ke arah saya. Kami bersalam dan berpelukan. Bertepuk-tepuk bahu.
"Ish lamanya kita tak jumpa kan...", saya mebalas. Terasa seronok.
"Hampa makan dah ka ni?", ditanya kepada saya.
"Dak lagi, terus ke sini. Jom makan kat situ," saya membalas.
Saya bertanya-tanya, Ji'a sampai besar ni. Lamanya tak tengok. Dulu kecik-kecik lagi. Budak saja. Sekarang dah dewasa. Ish..cepatnya masa berlalu.
Saya dan Sara terus ke tempat makanan dan Ji'a mencari tempat makan. Setelah makanan dan minuman di depan mata, kami mula bercerita. Daripada tahun 1994 sampai la 2009. Macam-macam diceritakan. Peristiwa tupperware minuman jatuh dalam longkang, kejar bas Santan/Kilang Gula, main-main kat rumah Sara, tengok adik Sara baru lahir. Lawan naik gerek (basikal), sampai lah lepas SPM, degree, master dan PhD. Mak oi...panjang betui. Dan dia sekarang calon pelajar PhD di UPM akan berkhidmat di Unimap nanti. Banyak pengalaman, pahit maung bergelar pelajar PhD. Saya tekun mendengar, sekali sekala ditanya tentang saya. Keinginan memang ada, cuma masa dan peluang belum tiba.
Sampai la peristiwa mak-mak kami bertemu di majlis kenduri. Dan saya pastinya tahu bahawa pertemuan itu Sara ingin memberi kad sempena hari sejarahnya 31 hari bulan ini. Tiada aral kemungkinan saya akan hadiri majlis resepsi di Cheras yang mana pada hari tersebut saya "clash" dengan tiga jemputan yang lain.
MABRUK buat SARA YASINA & MOHD HAFIZ. Moga bercinta sampai ke syurga. Ameen.
*Esok kelas terjun batal sebab teacher ada alumni di JB.
1738
dark chocolate
Thursday, May 7, 2009
Beg Sendat II
Beg itu sudah dibeli.
Masih baru.
Masih utuh.
Masih cantik.
Masih lawa.
Masih boleh diguna.
Bila disumbat-sumbat.
Ia akan jadi sendat.
Padat.
Rapat.
Sendat.
Jadi jua kesendatan beg itu.
Makin lama.
Makin penuh.
Makin banyak.
Makin rimas.
Makin sesak.
Beg itu perlu.
Perlu ruang.
Perlu tempat.
Perlu sudut.
Perlu kosong.
Kalau disumbat.
Beg itu jadi lagi.
Beg itu akan tercabut zipnya.
Beg itu akan terkoyak.
Beg itu masih.
Masih boleh guna..
Ada banyak diluar sana.
Yang buruk.
Yang lusuh.
Yang serabai.
Yang hanyir.
Yang lunyai.
Tapi beg itu masih baik.
Saya sayang beg itu..
Biar ia sendat.
Kadang-kadang perlu.
Diajarnya saya.
Diingatnya saya.
Disindirnya saya.
Saya tahu.
Beg itu masih boleh diguna.
Jimat.
Cermat.
Walaupun sudah sendat.
"Sendat hanya bersifat sementara"
Masih baru.
Masih utuh.
Masih cantik.
Masih lawa.
Masih boleh diguna.
Bila disumbat-sumbat.
Ia akan jadi sendat.
Padat.
Rapat.
Sendat.
Jadi jua kesendatan beg itu.
Makin lama.
Makin penuh.
Makin banyak.
Makin rimas.
Makin sesak.
Beg itu perlu.
Perlu ruang.
Perlu tempat.
Perlu sudut.
Perlu kosong.
Kalau disumbat.
Beg itu jadi lagi.
Beg itu akan tercabut zipnya.
Beg itu akan terkoyak.
Beg itu masih.
Masih boleh guna..
Ada banyak diluar sana.
Yang buruk.
Yang lusuh.
Yang serabai.
Yang hanyir.
Yang lunyai.
Tapi beg itu masih baik.
Saya sayang beg itu..
Biar ia sendat.
Kadang-kadang perlu.
Diajarnya saya.
Diingatnya saya.
Disindirnya saya.
Saya tahu.
Beg itu masih boleh diguna.
Jimat.
Cermat.
Walaupun sudah sendat.
"Sendat hanya bersifat sementara"
Sunday, April 26, 2009
menuju ke utara
Agenda I
Hari selasa lepas, saya berjaya mendapatkan dua buah buku yang dicari-cari. Saifulislam tiada di booth semasa kehadiran saya, dan Faisal Tehrani ada di booth semasa saya membeli Tunggu Teduh Dulu. Seronok. Dapat disaat-saat masa kecederaan. Masa hanya tinggal 10 minit sebelum van publisher datang menjemput saya sempat mencapai buku tersebut dan berbasa-basi dengan FT.
Agenda II
Rabu lepas, untuk sesi promosi sekolah di Sepang diberikan kepada Kak Lin, Kak Ain dan Kak Muna. Alhamdulillah, perjalanan promosi berjalan baik namun perlu ada pembaikansemula dari sudut 'bunting' sekolah. Tidak terlalu crowded dengan tulisan menyebabkan pengunjung berasa gerun untuk menyinggah.
Agenda III
Tarikh akhir penyerahan dokumentasi ISO dapat disiapkan dengan jayanya, walau banyak halangan dan cabaran semasa detik-detik pengumpulan semua dokumen-dokumen P&P. Saya sedikit menarik nafas lega.
Agenda IV
Program CSR anjuran FPM berjalan lancar semalam dan berakhir hari ini. Slot untuk saya juga berlangsung dengan sambutan yang agak memberansangkan. Tapi saya tahu team Shumi pasti kepenatan untuk bekerja esok. Monday blues... Tak pa nilai masa dan kerja kalian sangat dihargai. Moga-moga dapat CTR.
Agenda V
Esok, saya akan menuju ke utara iaitu BM, Penang untuk lawatan pelajar latihan industri. Menusuri PLUS Highway dengan tabah. Insya Allah. Lusa selepas habis temujanji tersebut saya akan langsung ke negeri Perlis nan damai lagi permai...syok nya...
2320
Pemangkin Tradisi Ilmu
Saturday, April 18, 2009
Nilai Sebuah Komitmen
Saya rasa malam ini agak panas, mungkin dua hari ini tidak hujan. Memang panas, ini menjadikan alasan penuh buat saya untuk terjun esok pagi. Terjun lagi...
Sebenarnya saya baru pulang dari sekolah saya. Malam ini ada program motivasi untuk pelajar Sek. Men. Agama Khiriah, Mersing Johor Darul Takzim. Anjuran Jabatan Korporat sekolah saya. Bagi mewakili fakulti, Kak Suhaila Nadzri telah bersetuju untuk menjadi penceramah pada malam ini. Makluman telah saya buat dari minggu lepas. Alhamdulillah atas kesudiannya meluangkan waktu untuk bersama anak-anak pelajar sekolah dari Mersing ini. Saya? Kenapa saya di situ ya? Bukankah sudah ada penceramah.. Ya, saya adalah "supporter" Kak Su. hehe... Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Saya pengiring penceramah.
Seusai solat Isya', saya bergergas (sokmo macam tu)ke sekolah saya. Sms Kak Su menunjukkan dia lebih awal tiba di tempat kejadian. Saya bimbang akan dia. Saya berharap dia bersabar. Sebelum ini, saya bukanlah kenal sangat dengannya. Mungkin dengan sebab adanya program ini, saya lebih mengenali siapa Kak Sue dengan lebih dekat. Setibanya di Jalan Hidayah, Iskandar saya letakkan berhadapan dengan cafe fakulti saya.
Mata mula melilau-lilau,
"Mana Akak ni?", hati mula berbicara.
Terus Nokia Prisma 7500 saya capai, mendail nama Kak Su.
"Akak..akak kat mane?", saya memulakan bicara dengan loghat Perlis campur KL (jadi PerKuL).
"Akak tengah kat depan ni, program kat mana?", Kak Sue membalas.
"Okey..pza kat depan Masjid al-Azhar ni", saya membalas.
"Akak ke sana, pza tunggu situ", Kak Su membalas lagi.
Bacaan ayat "lau anzalna..ila akhir" jelas kedengaran kerna saya memang berdiri bertentangan dengan pintu utama masjid.
Ntah dari celah mana, Kak Sue muncul. Dia menjelaskan bahawa dia meletakkan keretanya dihadapan tempat parkir di Bulatan Antarabangsa.
"Jauh juga ke sini, tak pa kak, nanti balik pza hantar akak ke depan sana. La baik kita gi cari Kuliah" saya berkata.
Tempat program berubah dari Dewan Kuliah ke Bilik Santapan VIP. Nak makan ka apa... Saya dan Kak Su mencari. Akhirnya, kami jumpa tersorot antara lorong-lorong yang tidak gelap. Berpeluh juga kami. Terlihat seseorang yang gaya-gaya ustaz tengah memberi tazkirah. Tatkala lelaki itu keluar, kami memanggilnya ustaz.
"Ustaz mengajar ke?, saya bertanya.
"Saya mengajar, belajar dan juga pelajar sini", dia membalas.
"Oooo.." saya dan Kak Su serentak memberikan irama seia dan senada.
Dia masuk semula ke bilik tersebut. Kami berpandangan. Tersenyum.
"Bergaya ustaz kan..,"kata Kak Su.
"Hehe.." saya membalas tanda setuju.
Setiap program pasti ada kekurangan dan kelebihan. Kami dimaklumkan kemungkin ceramah agak lambat sedikit, berikutan LCD tengah dalam usaha pencarian. Kak Su dan saya dijemput masuk. Kami memulakan acara ringan-ringan mulut dan memecahkan ais (ice breaking), takut terkejut budak-budak. Berdasarkan pengamatan kami, pelajar sekolah agama dalam program ini mereka hanya nampak prospek mereka hanya lah layak ke Mesir, Jordan, Madinah dan pengajian-pengajian agama sahaja.
Inilah peluang bagi kami membuka minda mereka, langkah mereka agar melangkah lebih jauh. Dengan tajuk Propek Kerjaya Graduan FPM, sedikit sebanyak berjaya telah membuka minda mereka agar tidak hanya dalam satu bidang sahaja. Sebabnya most of them only focus to further their study for STAM after seating SPM. Jadi dengan tajuk ceramah yang Kak Su sampaikan sedikit sebanyak telah membuka minda mereka.
Sesi Q&A juga agak rancak kerna dengan penyampaian santai membuatkan mereka ringan mulut untuk bertanya. Banyak persoalan mereka tanya kepada kami. Alhamdulillah ada juga sumbangan saya semasa di situ. Sehinggakan organizer terpaksa memberi warning note tinggal 7 minit masa kecemasan. Saya betul-betul berharap mereka tidak statik dengan pemikiran yang lama tetapi lebih fleksibel untuk perubahan selepas SPM nanti, Insya Allah.
Usai majlis tersebut, saya menghantar Kak Su ke tempat parkir. Saya bertanya-tanya tentang dimana dia tinggal dan sebagainya. Saya merasa kagum dengan dia, dengan rumah yang jauh di Mantin, travel ke sekolah ini. Anak dan suami ditinggalkan demi sebuah kesedaran anak-anak Melayu. Dengan perbualan tersebut saya sangat berharap dia dipermudahkan segala urusannya dunia dan akhirat kerana berkorban masa bersama anak dan suami untuk program ini. Serta masa perjalanan pulang ke rumah sedang masa ketika itu sudah menunjukkan 11 malam. Inilah nilai sebuah komitmen yang saya sangat patut contohi.
"Maksud terbaik hanyalah bersesuaian dengan kita, terbaik itu hanya untuk kita tetapi tidak semestinya terbaik untuk orang lain. Hargai apa yang ada. Kerna itulah yang terbaik buat kita."
0019
antara dua, pilihlah yang terbaik
Subscribe to:
Posts (Atom)
Softening Brush
Bismillah. The hectic week has just begun, and I need to slot in my packed time, even 5 minutes, to sharpen my art skill of sketching up an...
-
Bismillahirahmanir rahim. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. It was a long process, almost 98 months. My original plan was 36 mon...
-
Bismillah. Yes, we have nice weather in the sunny season in the northern state of Malaysia. Make me thankful with all Allah gives to me. Ac...
-
Raining afternoon. I had class today. Alhamdulillah everything settled within the time. Now, my clock shows me 18.44. Am just waiting for to...